
Dalam meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri, selain dari kegiatan pengangkutan dan distribusi gas bumi melalui pipa, pemanfaatan Liquefied Natural Gas (LNG) menjadi opsi yang unggul dalam menghadapi tantangan pembangunan infrastruktur pipa gas bumi di Indonesia. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengadakan sharing session kegiatan usaha LNG di Indonesia yang diharapkan dapat memberikan semangat untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri serta kegiatan usaha LNG serta pengaturan untuk BPH Migas.
Sharing session dibagi dalam dua hari pelaksanaan yang dilakukan di Hotel Pullman Grand Central, Bandung, pada tanggal 8 hingga 9 April 2021. Acara dibuka oleh Komite BPH Migas, Hari Pratoyo yang juga selaku moderator pada hari pertama sharing session.
Pada hari pertama terdapat tiga materi paparan dari tiga narasumber, paparan pertama oleh Prof. Widodo dari Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia terkait “Pengenalan LNG, Rantai Supply Kegiatan LNG, dan LNG Market”. Prof. Widodo menyampaikan paparan terkait kegiatan usaha bisnis LNG dari hulu ke hilir, hingga perkembangan LNG di masa depan. Salah satu tantangan yang disampaikan Prof. Widodo salah satunya terkait Singapore yang sudah terlebih dahulu mengembangkan sebagai LNG Hub, dimana hal ini juga merupakan pivot bisnis dari yang sebelumnya Singapore sebagai BBM Hub.
Paparan kedua disampaikan Manager Senior Monetisasi LNG dan LPG Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rayendra Sidik dengan topik Tata Kelola Monetisasi LNG di Indonesia. Pada paparannya, memastikan bahwa suplai LNG dapat terpenuhi dalam beberapa tahun ke depan, terutama untuk kebutuhan domestik. Serta disampaikan bahwa pelanggan terbesar LNG ada sektor kelistrikan, dengan potensi yang dapat ditingkatkan pada bisnis small-scale LNG, terutama dengan trucking ISO Tank yang dapat menjangkau wilayah-wilayah dengan demand rendah.
Paparan terakhir pada hari pertama disampaikan Senior Operation Manager Donggi Senoro LNG (DS LNG), Helfia Nil Chalis menyampaikan topik terkait bisnis hulu LNG, yakni Kegiatan Pengolahan Kilang LNG. Pada paparan tersebut, pengapalan LNG pertama di DS LNG mulai dilakukan pada Agustus 2015. Pada kegiatan bisnisnya, gas untuk diliquifaksi berasal dari wilayah Sulawesi yang kemudian dikirimkan ke fasilitas DS LNG. Setelah gas berubah menjadi LNG, akan dilakukan pengapalan ke konsumen LNG di Jepang dan Korea, ada pun apabila masih terdapat alokasi LNG, akan dikomersialisasikan dengan skema spot cargo.
Pada hari kedua sharing session, dimoderatori oleh Komite BPH Migas, Jugi Prajogio dengan paparan yang akan disampaikan oleh tiga narasumber.
Paparan pertama diberikan oleh Kepala Departemen Transportasi PT PGN LNG Indonesia (PLI), Bahar .A Baihaky terkait Pengangkutan dan Distribusi LNG. Disampaikan bahwa komponen biaya utama terdiri dari biaya sewa kapal, biaya canal (apabila ada), biaya bunker, dan boil off-rate. Tipe kapal yang terkini seperti tipe MEGI akan memiliki efisiensi bahan bakar lebih tinggi ketimbang tipe steam turbine, namun memiliki biaya sewa lebih tinggi. Disampaikan pula perkembangan pembangunan Terminal LNG Jawa Timur yang saat in sedang proses rencana pembangunan storage.
Paparan kedua disampaikan oleh Direktur Utama PT Pertagas Niaga (PTGN), Linda Sunarti tentang Pengangkutan dan Distribusi LNG dengan ISO Tank. Saat ini sudah berjalan pengangkutan ISO Tank rutin dari Bontang yang dikirimkan dengan kapal Landing Craft Tank (LCT) ke Sulawesi Tenggara. Kapasitas loading ISO Tank di Bontang saat ini sekitar 32 ISO Tank berukuran 20 feet untuk satu hari, ada pun operasi di Arun memiliki kapasitas hingga 18 ISO Tank berukuran 40 feet untuk satu hari. Dalam meningkatkan kapasitas tersebut, sedang dibangun pula loading dock di Bontang dengan kapasitas 6.8 ISO Tank berukuran 40 feet yang ditargetkan onstream pada Q2 2021.
Paparan ketiga diberikan oleh Direktur Utama PT Nusantara Regas (NR), Moch. Taufik Afianto tentang Kegiatan Penyimpanan dan Regasifikasi LNG. Disebutkan bahwa gas ex-LNG yang disalurkan dari Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Jawa Barat digunakan untuk kebutuhan di power plant Tanjung Priuk, Muara Karang, dan Muara Tawar. Ada pun disampaikan terkait regas fee terdiri dari storage & regas element dan gas transport element. Potensi pengembangan dari bisnis FSRU beberapa di antaranya adalah dengan menjadikan FSRU sebagai LNG Hub Facilities dan LNG Bunkering Terminal.
Sebagai informasi, turut pula hadir Komite BPH Migas, Marwansyah Lobo Balia dan Direktur Gas Bumi BPH Migas, Sentot Harijady Bradjanto Tri Putro.
- By:admin
- 0 comment