Archives September 2024

Pengertian, Proses Produksi, dan Kegunaan Gasoline

pengertian-gasoline

Gasoline, atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai bensin, adalah bahan bakar cair yang digunakan terutama untuk mesin pembakaran internal dalam kendaraan bermotor. Sebagai salah satu produk penting yang dihasilkan dari minyak mentah, gasoline telah menjadi sumber energi utama bagi berbagai jenis kendaraan bermotor di seluruh dunia. Selain penggunaannya sebagai bahan bakar, gasoline juga memiliki peran penting dalam berbagai industri.

Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai pengertian gasoline, proses produksinya, serta kegunaan-kegunaan utamanya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Pengertian Gasoline

Gasoline adalah campuran hidrokarbon yang ringan dan mudah menguap, umumnya didapat dari proses penyulingan minyak bumi. Hidrokarbon dalam gasoline sebagian besar terdiri dari rantai karbon dengan panjang antara lima hingga dua belas atom karbon. Komponen ini sangat mudah terbakar dan menghasilkan energi besar ketika mengalami pembakaran, menjadikannya bahan bakar utama untuk mesin pembakaran internal.

Gasoline juga sering diberi berbagai aditif untuk meningkatkan kualitas pembakarannya dan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Aditif seperti anti-knock agent (yang mencegah detonasi dini) dan pembersih injektor bahan bakar sering dicampurkan dalam gasoline untuk memperbaiki performa mesin kendaraan.

Proses Produksi Gasoline

Gasoline diproduksi melalui serangkaian proses kompleks yang dimulai dari penyulingan minyak mentah (crude oil). Berikut adalah tahapan-tahapan utama dalam proses produksi gasoline:

1. Distilasi Minyak Mentah

Langkah pertama dalam proses produksi gasoline adalah distilasi minyak mentah di kilang minyak. Distilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen minyak mentah berdasarkan perbedaan titik didihnya. Minyak mentah dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi, menyebabkan komponen-komponen yang lebih ringan, seperti gasoline, terpisah dari komponen yang lebih berat seperti bahan bakar diesel, minyak berat, dan residu lainnya.

Pada tahap ini, gasoline masih berbentuk mentah dan harus melalui beberapa proses tambahan untuk meningkatkan kualitasnya.

2. Cracking

Setelah proses distilasi, langkah selanjutnya adalah cracking, yaitu proses memecah molekul-molekul hidrokarbon yang lebih besar menjadi molekul yang lebih kecil dan ringan. Cracking ini dapat dilakukan dengan dua metode utama: thermal cracking dan catalytic cracking.

  • Thermal Cracking: Melibatkan pemanasan minyak berat hingga suhu tinggi, menyebabkan molekul-molekul besar terpecah menjadi molekul yang lebih kecil.
  • Catalytic Cracking: Menggunakan katalis untuk mempercepat pemecahan molekul besar menjadi molekul kecil pada suhu yang lebih rendah dibandingkan thermal cracking. Proses ini lebih efisien dan menghasilkan gasoline dengan kualitas yang lebih baik.

Gasoline yang dihasilkan dari proses cracking ini memiliki kualitas yang lebih tinggi dan kandungan oktan yang lebih baik, yang penting untuk performa mesin modern.

3. Reforming

Proses selanjutnya adalah reforming, yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan dari gasoline yang dihasilkan. Angka oktan yang lebih tinggi membuat gasoline lebih tahan terhadap detonasi dini di dalam mesin, sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi risiko kerusakan pada mesin. Proses reforming melibatkan penggunaan katalis untuk mengubah struktur molekul hidrokarbon agar lebih cocok sebagai bahan bakar berkualitas tinggi.

4. Pencampuran (Blending)

Setelah gasoline melalui distilasi, cracking, dan reforming, tahap akhir adalah blending atau pencampuran. Gasoline dari berbagai sumber dan proses produksi dicampur dengan aditif tertentu untuk mencapai spesifikasi yang diinginkan, seperti angka oktan, stabilitas pembakaran, dan pengurangan emisi gas buang. Beberapa aditif yang biasa digunakan termasuk etanol (untuk meningkatkan oktan), deterjen (untuk menjaga kebersihan mesin), dan anti-knock agent (seperti MTBE atau tetraethyl lead pada gasoline dengan oktan rendah).

5. Pengiriman dan Distribusi

Setelah proses produksi selesai, gasoline didistribusikan ke berbagai stasiun bahan bakar dan fasilitas industri. Distribusi ini bisa dilakukan melalui pipa, kapal tanker, atau truk tangki tergantung pada lokasi dan infrastruktur.

Kegunaan Gasoline dalam Kehidupan dan Industri

Gasoline memiliki peran penting dalam kehidupan modern. Selain digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, gasoline juga berperan dalam berbagai sektor industri. Berikut adalah beberapa kegunaan utama gasoline:

1. Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Kegunaan utama gasoline adalah sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor, seperti mobil, sepeda motor, dan truk kecil. Gasoline menghasilkan energi yang cukup besar ketika terbakar di dalam mesin pembakaran internal, yang kemudian menggerakkan kendaraan. Karena sifatnya yang mudah terbakar dan ringan, gasoline sangat cocok untuk kendaraan yang membutuhkan efisiensi tinggi dan kinerja cepat.

2. Bahan Bakar Mesin Pesawat Ringan

Selain kendaraan bermotor darat, gasoline juga digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang ringan. Pesawat kecil yang dilengkapi dengan mesin piston sering menggunakan gasoline jenis avgas (aviation gasoline), yang memiliki kandungan oktan tinggi untuk menghasilkan performa mesin yang optimal.

3. Pelarut dalam Industri

Gasoline juga digunakan sebagai pelarut dalam berbagai proses industri. Misalnya, gasoline digunakan dalam proses pembersihan, penghilangan noda minyak, dan sebagai bahan pelarut dalam industri kimia. Sifatnya yang mudah menguap dan efektif dalam melarutkan minyak membuatnya ideal untuk keperluan ini.

4. Penggunaan di Pertanian

Di sektor pertanian, gasoline digunakan untuk menggerakkan berbagai mesin pertanian kecil, seperti pompa air, traktor kecil, dan mesin pemotong rumput. Karena gasoline mudah diperoleh dan memiliki daya bakar yang kuat, ia menjadi pilihan utama untuk bahan bakar mesin pertanian kecil.

5. Penggerak Generator Listrik Kecil

Gasoline juga digunakan untuk menggerakkan generator listrik kecil, terutama di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik. Generator berbahan bakar gasoline digunakan untuk menghasilkan listrik dalam skala kecil, seperti di rumah, toko, atau acara outdoor. Sifatnya yang mudah diangkut dan digunakan menjadikan gasoline sebagai bahan bakar praktis untuk keperluan ini.

6. Bahan Bakar Mesin Kapal Kecil

Gasoline juga digunakan sebagai bahan bakar untuk kapal kecil dan perahu motor. Kapal-kapal kecil yang dilengkapi mesin berbasis pembakaran internal sering kali menggunakan gasoline karena efisiensinya dan ketersediaannya yang luas.

Gasoline adalah bahan bakar cair yang sangat penting dalam kehidupan modern, terutama sebagai bahan bakar utama untuk kendaraan bermotor dan mesin pembakaran internal. Diproduksi melalui serangkaian proses yang rumit, termasuk distilasi, cracking, dan reforming, gasoline menjadi produk dengan kualitas tinggi yang memenuhi berbagai standar dan kebutuhan industri. Selain digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, gasoline juga memiliki banyak kegunaan lain di berbagai sektor, termasuk pertanian, industri, dan kelistrikan.

Sebagai perusahaan yang berfokus pada penyediaan energi bersih dan berkelanjutan, PGN LNG Indonesia memahami pentingnya bahan bakar dalam kehidupan dan industri. Meskipun gasoline tetap menjadi bahan bakar penting di seluruh dunia, transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan, seperti gas alam cair (LNG), menjadi prioritas penting untuk mendukung masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. PGN LNG Indonesia berkomitmen untuk mendukung perubahan ini dengan menyediakan energi yang lebih bersih dan efisien bagi masyarakat dan industri.

Baca juga: Menelusuri Proses Pembentukan Gas Alam dan Manfaatnya

Konsentrasi Larutan: Definisi, Rumus, dan Cara Menghitungnya

konsentrasi-larutan

Dalam ilmu kimia, konsentrasi larutan adalah konsep fundamental yang sangat penting untuk memahami bagaimana zat terlarut berinteraksi dalam suatu larutan. Konsentrasi larutan mengukur jumlah zat terlarut yang ada dalam pelarut dan memberikan informasi penting terkait kekuatan atau kelemahan suatu larutan. Pemahaman mengenai konsentrasi larutan sangat diperlukan di berbagai bidang, seperti farmasi, biologi, dan kimia industri, karena banyak proses kimia dan biologis bergantung pada larutan dengan konsentrasi yang tepat.

Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai apa itu konsentrasi larutan, rumus-rumus yang digunakan untuk menghitungnya, satuan-satuan dalam konsentrasi larutan, serta langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.

Apa Itu Konsentrasi Larutan dan Rumusnya

Konsentrasi larutan mengacu pada jumlah zat terlarut yang ada dalam sejumlah pelarut atau volume larutan. Zat terlarut adalah zat yang dilarutkan dalam pelarut untuk membentuk larutan. Misalnya, jika Anda melarutkan gula dalam air, gula adalah zat terlarut, sedangkan air adalah pelarutnya.

Secara umum, konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam beberapa cara, termasuk molaritas (M), molalitas (m), fraksi mol, dan persen massa. Masing-masing metode memiliki kegunaan dan aplikasi yang berbeda tergantung pada situasi yang dihadapi. Berikut beberapa definisi dan rumus-rumus yang paling umum digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan:

1. Molaritas (M)

Molaritas adalah salah satu cara paling umum untuk mengukur konsentrasi larutan. Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam satu liter larutan.

Rumus molaritas:

m = n/V ​

di mana:

  • M adalah molaritas (mol/L),
  • n adalah jumlah mol zat terlarut (mol),
  • V adalah volume larutan (liter).

Contoh: Jika Anda memiliki 2 mol natrium klorida (NaCl) yang dilarutkan dalam 1 liter air, maka molaritas larutannya adalah 2 mol/L.

2. Molalitas (m)

Molalitas adalah pengukuran yang berbeda dari molaritas karena memperhitungkan massa pelarut, bukan volume larutan.

Rumus molalitas:

m = n/W

di mana:

  • m adalah molalitas (mol/kg),
  • n adalah jumlah mol zat terlarut (mol),
  • W adalah massa pelarut (kg).

Contoh: Jika Anda melarutkan 1 mol NaCl dalam 2 kg air, molalitas larutannya adalah 0,5 mol/kg.

3. Fraksi Mol

Fraksi mol mengukur proporsi zat terlarut dibandingkan dengan jumlah total mol dalam larutan.

Rumus fraksi mol:

X = nterlarut / nterlarut + npelarut 

Fraksi mol biasanya digunakan untuk menghitung campuran gas atau untuk larutan di mana konsentrasi relatif antara dua komponen perlu diperhatikan.

4. Persen Massa

Persen massa menyatakan konsentrasi sebagai persentase dari massa zat terlarut terhadap total massa larutan.

Rumus persen massa:

%massa = massa zat terlarut​ / massa total larutan x 100

Persen massa sangat umum digunakan dalam industri makanan dan kimia untuk menentukan kekuatan larutan.

Satuan dalam Konsentrasi Larutan

Ada beberapa satuan yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi larutan, tergantung pada aplikasi dan kondisi yang dihadapi. Berikut adalah beberapa satuan yang paling sering digunakan:

  1. Molaritas (M): Mol/Liter, mengukur konsentrasi berdasarkan volume larutan.
  2. Molalitas (m): Mol/Kilogram, mengukur konsentrasi berdasarkan massa pelarut.
  3. Fraksi Mol (X): Satuan ini tidak memiliki dimensi karena merupakan rasio antara mol zat terlarut dan mol total larutan.
  4. Persen Massa (%): Digunakan dalam bentuk persen, menunjukkan perbandingan massa zat terlarut terhadap total massa larutan.

Penggunaan satuan-satuan tersebut tergantung pada kondisi percobaan dan keperluan penghitungan konsentrasi. Dalam pengukuran konsentrasi yang bergantung pada suhu dan tekanan, molalitas sering lebih stabil daripada molaritas, karena molalitas hanya bergantung pada massa pelarut, yang tidak berubah dengan suhu.

Cara Membuat Larutan

Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu memerlukan pemahaman yang baik tentang konsep konsentrasi dan rumus-rumus yang terkait. Langkah-langkah berikut bisa diikuti untuk membuat larutan:

1. Menentukan Jumlah Zat Terlarut

Langkah pertama adalah menghitung jumlah zat terlarut yang diperlukan untuk larutan dengan konsentrasi tertentu. Misalnya, jika Anda ingin membuat 1 liter larutan NaCl dengan konsentrasi 2 M, maka Anda memerlukan 2 mol NaCl. Jumlah mol ini dapat dihitung menggunakan massa molar NaCl (58,44 g/mol), yang berarti Anda memerlukan 116,88 gram NaCl untuk dilarutkan dalam air.

2. Mengukur Volume atau Massa Pelarut

Setelah zat terlarut siap, Anda perlu mengukur jumlah pelarut (biasanya air). Jika Anda membuat larutan berdasarkan molaritas, Anda harus mengukur volume pelarut dalam liter. Namun, jika Anda menggunakan molalitas, Anda harus menimbang massa pelarut dalam kilogram.

3. Melarutkan Zat Terlarut

Zat terlarut kemudian dilarutkan ke dalam pelarut dengan cara mengaduknya secara perlahan. Jika diperlukan, proses ini bisa dilakukan pada suhu yang sedikit lebih tinggi untuk mempercepat pelarutan.

4. Menyempurnakan Larutan

Jika larutan dibuat berdasarkan volume, tambahkan air secukupnya untuk mencapai volume akhir yang diinginkan. Pastikan bahwa larutan telah tercampur dengan baik dan tidak ada residu zat terlarut yang tertinggal.

Contoh: Jika Anda ingin membuat 500 mL larutan dengan konsentrasi 1 M dari NaCl, Anda akan melarutkan 29,22 gram NaCl dalam air, kemudian menambahkan air hingga volume total mencapai 500 mL.

Konsentrasi larutan adalah konsep penting dalam kimia yang mengukur jumlah zat terlarut dalam suatu pelarut. Ada beberapa cara untuk menyatakan konsentrasi, termasuk molaritas, molalitas, fraksi mol, dan persen massa. Setiap metode memiliki rumus yang digunakan untuk menghitung konsentrasi dan satuan-satuan yang berbeda sesuai dengan aplikasi praktisnya. Mengetahui bagaimana cara menghitung dan membuat larutan sangat penting untuk berbagai keperluan di laboratorium dan industri.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi, PGN LNG Indonesia juga memahami pentingnya presisi dan kontrol dalam berbagai proses, termasuk dalam menyediakan energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konsep seperti konsentrasi larutan membantu menciptakan proses yang lebih efisien dan aman dalam pengelolaan sumber daya energi.

Baca juga: Mempelajari Apa Itu Viskositas dan Penerapannya Pada Industri

Jenis-jenis APAR dan Cara Menggunakannya

jenis-jenis-apar

Kebakaran merupakan salah satu bencana yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kebakaran adalah dengan menyediakan dan mengetahui cara penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). 

APAR adalah alat pemadam kebakaran portabel yang berfungsi untuk memadamkan api kecil atau mencegah kebakaran menyebar hingga menjadi lebih besar. Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu APAR, jenis-jenis APAR yang umum digunakan, dan cara penggunaan APAR yang benar.

Definisi APAR, Tujuan, dan Lokasi Penggunaan

APAR atau Alat Pemadam Api Ringan adalah alat pemadam api yang mudah dibawa dan digunakan oleh siapapun tanpa memerlukan pelatihan khusus. Alat ini berbentuk tabung dan diisi dengan bahan pemadam seperti serbuk kimia kering, gas, atau foam (busa). Fungsi utama APAR adalah untuk memadamkan api dalam skala kecil sebelum menyebar dan menjadi lebih besar.

Tujuan utama APAR adalah sebagai pertolongan pertama untuk memadamkan api pada tahap awal kebakaran. Kebakaran kecil yang berhasil dipadamkan dengan APAR akan mencegah kerugian yang lebih besar, baik dari segi kerusakan properti maupun keselamatan jiwa. APAR biasanya diletakkan di tempat-tempat strategis seperti dekat pintu keluar, lorong gedung, atau area dengan risiko kebakaran yang tinggi, seperti dapur atau bengkel​.

APAR harus selalu tersedia di lokasi-lokasi yang berisiko tinggi terjadinya kebakaran. Peraturan di Indonesia mewajibkan setiap bangunan, baik perkantoran, komersial, industri, maupun rumah tangga, untuk memiliki APAR yang mudah diakses oleh penghuni dan petugas pemadam kebakaran​.

Lokasi Penggunaan APAR di Indonesia

Di Indonesia, APAR biasanya ditempatkan di lokasi-lokasi umum seperti:

  • Perkantoran: Gedung perkantoran harus menyediakan APAR di setiap lantai, terutama di area-area strategis seperti dekat tangga darurat dan pintu keluar.
  • Ruang Publik: Mal, stasiun kereta, terminal bus, dan bandara juga diwajibkan memiliki APAR di lokasi-lokasi yang mudah diakses.
  • Industri: Pabrik, gudang, dan area industri harus memiliki APAR dengan kapasitas yang memadai untuk mengantisipasi kebakaran pada bahan kimia atau peralatan listrik​.

Prinsip dan Cara Kerja APAR

Prinsip dasar APAR adalah memutus salah satu elemen dalam segitiga api (bahan bakar, oksigen, dan panas). Ketika salah satu elemen ini dihilangkan, api akan padam. Berikut langkah-langkah penggunaan APAR yang benar, sering dikenal dengan teknik PASS:

  1. Pull (Tarik): Tarik pin pengaman yang terdapat pada gagang APAR. Langkah ini mencegah APAR aktif secara tidak sengaja.
  2. Aim (Arahkan): Arahkan nozzle atau selang APAR ke bagian dasar api. Jangan langsung menyemprotkan ke lidah api karena ini tidak efektif untuk memadamkannya.
  3. Squeeze (Tekan): Tekan tuas APAR untuk mulai mengeluarkan bahan pemadam. Pastikan untuk menekan secara penuh agar bahan pemadam keluar dengan optimal.
  4. Sweep (Sapukan): Sapukan nozzle dari satu sisi ke sisi lainnya, memastikan seluruh bagian api terselimuti oleh bahan pemadam hingga api benar-benar padam​.

Penggunaan teknik PASS memastikan bahwa APAR digunakan secara efisien dan efektif untuk memadamkan api pada kebakaran skala kecil.

Jenis-jenis APAR

APAR terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bahan pemadam yang digunakan. Setiap jenis APAR memiliki keunggulannya sendiri dalam menangani kebakaran tertentu, tergantung dari jenis material yang terbakar. Berikut adalah jenis-jenis APAR yang paling umum digunakan di Indonesia:

1. APAR Serbuk Kimia (Powder)

APAR jenis ini menggunakan serbuk kimia yang bekerja dengan cara mengisolasi oksigen dan memutus rantai reaksi kimia pada kebakaran. Serbuk kimia kering ini efektif untuk kebakaran kelas A (benda padat seperti kayu dan kertas), B (cairan seperti minyak), dan C (kebakaran listrik).

Pengaplikasiannya biasanya igunakan di berbagai lokasi seperti rumah, perkantoran, gudang, serta kendaraan.

2. APAR Foam (Busa)

APAR foam sangat efektif untuk kebakaran kelas A dan B, terutama kebakaran yang melibatkan cairan seperti minyak atau bensin. Foam bekerja dengan membentuk lapisan pelindung yang memisahkan bahan bakar dari oksigen di udara, sehingga api akan padam.

APAR jenis ini cocok digunakan di area industri yang banyak menggunakan cairan mudah terbakar, seperti pabrik kimia atau pompa bensin​/

3. APAR CO2 (Karbon Dioksida)

APAR ini menggunakan gas karbon dioksida (CO2) yang sangat cocok untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. CO2 bekerja dengan menggantikan oksigen di sekitar api dan mendinginkan area kebakaran, sehingga api padam tanpa meninggalkan residu.

APAR ini ideal digunakan untuk kebakaran di area peralatan listrik dan elektronik seperti ruang server, panel listrik, atau laboratorium​.

4. APAR Liquid Gas (Gas Cair)

APAR ini menggunakan gas cair yang dikompresi sebagai media pemadam. Gas ini bekerja dengan cara mendinginkan api serta menggantikan oksigen di sekitar titik kebakaran.

Aplikasi: Digunakan di area yang membutuhkan respon cepat terhadap kebakaran, seperti laboratorium dan dapur komersial, karena tidak meninggalkan residu dan aman untuk digunakan​.

Manfaat Penggunaan APAR

Penggunaan APAR memiliki berbagai manfaat yang sangat penting dalam penanganan kebakaran, terutama sebagai tindakan pencegahan. Beberapa manfaatnya adalah:

1. Mencegah Penyebaran Kebakaran

APAR membantu mencegah penyebaran kebakaran pada tahap awal, memungkinkan waktu yang cukup bagi evakuasi atau bantuan dari pemadam kebakaran untuk tiba​.

2. Melindungi Properti dan Peralatan Penting

Dengan menggunakan APAR yang sesuai, kerusakan pada properti atau peralatan penting seperti komputer, server, dan peralatan listrik lainnya dapat diminimalisir. Terutama pada penggunaan APAR CO2, yang tidak meninggalkan residu​.

3. Mudah Digunakan oleh Siapapun

APAR dirancang agar bisa digunakan oleh siapapun, bahkan tanpa pelatihan khusus. Dengan mengikuti instruksi PASS, setiap orang bisa berkontribusi dalam memadamkan api sebelum menjadi lebih besar.

4. Efisiensi Biaya

Meskipun investasi awal untuk pengadaan APAR mungkin terkesan mahal, jika dibandingkan dengan potensi kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran besar, biaya tersebut sangat kecil. APAR adalah investasi penting untuk melindungi keselamatan dan aset​.

5. Ramah Lingkungan (tergantung jenis APAR)

Jenis APAR seperti CO2 dan liquid gas tidak meninggalkan residu berbahaya setelah digunakan. Hal ini menjadikannya pilihan yang ramah lingkungan untuk lokasi yang sensitif​. 

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah peralatan vital yang harus dimiliki di setiap lokasi yang berisiko kebakaran. Mengetahui jenis-jenis APAR dan cara penggunaannya sangat penting agar kita bisa merespons dengan cepat dan tepat jika terjadi kebakaran. Dengan menggunakan APAR, risiko kebakaran besar dapat diminimalisir, kerugian material dapat dihindari, dan yang terpenting, keselamatan jiwa dapat terjaga.

Sebagai perusahaan yang berfokus pada penyediaan energi bersih, PGN LNG Indonesia turut mendukung upaya pencegahan kebakaran dengan mengurangi risiko dari penggunaan energi fosil yang berbahaya. Energi bersih dan aman dari PGN LNG Indonesia merupakan langkah penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan terbebas dari risiko kebakaran yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar tradisional.

Baca juga: Struktur Lapisan Bumi Beserta Gambar dan Penjelasan Karakteristiknya