Archives Juli 2025

5 Cara Hadapi Pemanasan Global untuk Selamatkan Masa Depan Bumi

Disadari atau tidak, kita sering merasa kalau cuaca panas dari tahun ke tahun rasanya makin menyengat. Nyatanya, ini adalah sebuah fakta, bukan sekadar prasangka.

Menurut data dari National Centers for Environmental Information, tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas di abad ke-20. Dalam satu dekade terakhir, suhu bumi terus mencetak rekor demi rekor setiap tahunnya.

Kita memang berada di tengah isu pemanasan global. Bahkan kita juga sudah melihat dampaknya yang begitu nyata.

Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi pemanasan global ini? Yuk, simak solusinya di artikel ini.

Mengapa Pemanasan Global Harus Diatasi Sekarang?

Pemanasan global bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga menjadi ancaman nyata bagi kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup di bumi.

Peningkatan suhu global terjadi karena konsentrasi gas rumah kaca, seperti CO₂, metana, dan nitrogen oksida terus bertambah di atmosfer. Gas-gas ini memerangkap panas matahari dan kemudian menyebabkan suhu bumi naik.

Aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi, dan polusi industri dinilai sebagai faktor kenapa hal ini bisa terjadi lebih parah.

Pemanasan global ini kemudian memunculkan dampak besar yang fenomenanya sudah kita rasakan, misalnya:

  • Mencairnya es di kutub yang menyebabkan kenaikan permukaan laut
  • Suhu ekstrem terus meningkat
  • Kebakaran hutan
  • Kekeringan dan sering terjadi banjir bandang
  • Penyebaran penyakit seperti malaria dan dengue

Mengabaikan isu ini hanya akan memperparah dampaknya untuk masa depan. Inilah mengapa kita harus bertindak sekarang dalam mengatasi pemanasan global.

Semakin menunda, semakin sulit untuk membalikkan kerusakan yang terjadi.

Baca Juga: 5 Tanda Pemanasan Global yang Gejalanya Makin Parah

5 Cara Menghadapi Pemanasan Global

Ada berbagai macam upaya untuk menghadapi pemanasan global yang bisa dilakukan mulai dari diri sendiri dan kehidupan sekitar kita.

Memang hasilnya tidak akan langsung terlihat, tapi upaya ini bisa memperlambat dampaknya.

Berikut 5 upaya yang bisa kita lakukan:

1. Hemat Listrik Semaksimal Mungkin

Banyak dari kita yang belum paham bahwa listrik yang kita gunakan sehari-hari turut bisa berkontribusi atas pemanasan global.

Sederhananya begini, untuk menghasilkan listrik, dibutuhkan bahan bakar fosil. Proses pembakaran ini akan menghasilkan emisi gas CO2. Penumpukan gas inilah yang nantinya memicu pemanasan global.

Nah, dengan berhemat listrik, seperti mematikan lampu saat tidak dibutuhkan bisa menjadi langkah sederhana dalam menurunkan konsumsi energi dan pada akhirnya mengurangi emisi.

Baca Juga: Mengapa Biogas Dapat Menghemat Energi? Ternyata ini Faktanya!

2. Melakukan Reboisasi atau Penanaman Pohon Kembali

Pembalakan hutan dan pengalihan fungsi lahan menyebabkan pohon kehilangan fungsinya sebagai penyerap karbon alami. Akibatnya, efek gas rumah kaca meningkat karena tingginya emisi CO₂.

Upaya reboisasi atau penanaman kembali adalah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk menyeimbangkan kadar gas CO₂ di atmosfer.

Nantinya, pohon akan menyerap gas CO₂ dan mengubahnya menjadi oksigen. Proses ini akan membantu menstabilkan iklim, menjaga kelembapan udara, dan menurunkan suhu lingkungan. 

3. Mendaur Ulang Sampah

Limbah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) akan mengalami pembusukan dan menghasilkan gas metana. Jika tidak dikendalikan, akumulasi gas ini dapat mempercepat pemanasan global.

Oleh karena itu, kita perlu lebih bijak dalam memilah sampah organik dan anorganik sebelum dibuang.

Sampah organik, seperti sisa makanan atau dedaunan, dapat diolah menjadi kompos atau dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Sementara itu, sampah anorganik, seperti botol plastik bekas, bisa didaur ulang atau digunakan kembali, misalnya sebagai pot atau wadah serbaguna.

Baca Juga: Mengapa Harus Beralih ke Energi Hijau? Ini Dampaknya Bagi Masa Depan Bumi

4. Menerapkan Gaya Hidup Minimalis

Gaya hidup konsumtif dan berlebihan mendorong peningkatan konsumsi produk secara masif. Akibatnya, jumlah sampah pun meningkat dan berdampak pada tingginya emisi gas rumah kaca.

Untuk mencegah dampak buruk ini terhadap lingkungan, sudah saatnya kita mulai menerapkan gaya hidup minimalis.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan produk yang tahan lama dan bisa dipakai berulang kali, seperti mengganti kemasan air mineral plastik dengan botol stainless.

5. Melakukan Efisiensi Bahan Bakar Kendaraan

Penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil menghasilkan gas karbon dioksida (CO₂). Bayangkan jika semua orang terus-menerus mengandalkan kendaraan pribadi, seberapa besar jumlah polusi CO₂ yang dihasilkan setiap harinya?

Untuk membantu mengurangi dampak ini, kita bisa mulai dengan langkah sederhana, yaitu dengan beralih ke transportasi umum. Selain lebih ramah lingkungan, transportasi publik juga membantu mengurangi kemacetan dan menghemat konsumsi energi.

Baca Juga: Benarkah Sektor Paling Boros Energi adalah Transportasi?

Peran LNG dalam Mengurangi Dampak Pemanasan Global

Kita tahu bahwa batu bara masih menjadi sumber energi utama saat ini. Namun, di lain sisi, pembakarannya menghasilkan emisi karbon dioksida yang tinggi. Dan inilah yang mempercepat laju pemanasan global.

Solusinya, kita perlu beralih ke sumber energi alternatif yang  yang lebih bersih dan berkelanjutan. Di sinilah LNG bisa memainkan peran penting.

Dilansir dari Wood Mackenzie, LNG terbukti menghasilkan sekitar 50% lebih sedikit emisi CO₂ dibanding batu bara ketika digunakan untuk pembangkit listrik. Karena itu, penggunaan LNG berpotensi menekan emisi karbon dan membantu memperlambat pemanasan global.

Meski belum dapat dikategorikan sebagai bahan bakar nol emisi, LNG dapat menjadi jembatan energi dalam masa transisi menuju penggunaan energi terbarukan.

Jika dikelola dan dimanfaatkan secara bijak, LNG bisa membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang selama ini menjadi penyebab utama krisis iklim.

Referensi:

  • National Centers for Environmental Information. Diakses tahun 2025. Global Climate Report 2024
  • Wood Mackenzie. Diakses tahun 2025. Study shows more U.S. LNG is needed to curb Asia’s surging coal use
  • DISLHK Bandung. Diakses tahun 2025. 7 Upaya Menanggulangi Pemanasan Global – Penyebab dan Dampaknya

Dari Sampah Jadi Tenaga: 7 Jenis Limbah Organik Penghasil Energi

Seringkali kita mengira bahwa sampah atau limbah adalah akhir dari suatu siklus. Padahal, banyak potensi energi yang bisa dihasilkan jika tahu bagaimana cara mengolah limbah organik dengan tepat.

Limbah organik bisa dijumpai dari sampah rumah tangga hingga pertanian. Sifatnya yang mudah terurai membuat jenis limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai energi terbarukan, seperti biogas.

Lantas, apa saja sampah organik yang berpotensi menjadi sumber energi? Yuk, temukan jawabannya di artikel ini.

Mengapa Limbah Organik Bisa Jadi Sumber Energi?

Hampir semua lini kegiatan manusia menghasilkan sampah organik tanpa terkecuali. Penumpukan limbah organik ini bisa menjadi masalah serius jika tidak segera ditanggulangi.

Padahal, dibalik limbah organik yang hanya dianggap sebagai sampah, kita bisa memanfaatkan menjadi sumber energi biogas.

Sebut saja, limbah cair dan limbah padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, dan industri, semuanya bisa diolah menjadi biogas melalui proses anaerobik atau tanpa oksigen.

Produksi secara masif, biogas ini bisa digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dan menciptakan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Baca Juga: Mengapa Biogas Dapat Menghemat Energi? Ternyata ini Faktanya!

7 Jenis Limbah Organik yang Bisa Menghasilkan Energi

Mau tahu apa saja limbah organik yang bisa dimanfaatkan sebagai biogas? Berikut jenis-jenisnya yang umum digunakan sebagai penghasil energi.

1. Sisa Makanan

Sisa makanan dari dapur seperti nasi, sayuran, buah-buahan, hingga tulang lunak termasuk dalam kategori limbah organik karena sifatnya yang mudah terurai.

Limbah ini sangat potensial untuk diolah menjadi biogas karena mengandung karbohidrat, protein, dan lemak yang mudah difermentasi oleh mikroorganisme.

Baca Juga: Energi Terbaik Pengganti Bahan Bakar Fosil, Apakah Itu LNG?

2. Kulit Biji dari Buah Sayur

Jangan buru-buru membuang kulit dan biji dari buah serta sayuran! Limbah dapur seperti kulit pisang, kulit semangka, biji mangga, hingga kulit kentang seringkali dianggap tidak berguna. 

Padahal, limbah ini termasuk jenis sampah organik yang mudah terurai dan dapat menghasilkan gas metana saat mengalami fermentasi anaerob.

3. Tulang Ikan

Tulang ikan termasuk dalam kategori limbah organik hewani yang sering dihasilkan dari dapur rumah tangga maupun restoran seafood. Karena kandungan kalsium dan fosfornya yang tinggi, tulang ikan dapat diolah menjadi biogas.

Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!

4. Kayu

Limbah kayu, seperti serpihan kayu, serbuk gergaji, ranting pohon, atau potongan kayu bekas bangunan, seringkali hanya dibuang atau dibakar secara terbuka.

Padahal, kayu mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin, yang mana ketiga komponen ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber bioenergi.

5. Kotoran Hewan dan Manusia

Meskipun terdengar menjijikkan, kotoran hewan (seperti sapi, kambing, dan ayam) maupun manusia merupakan jenis limbah organik yang sangat potensial sebagai sumber energi terbarukan.

Jenis kotoran ini bisa diolah melalui proses fermentasi anaerob menjadi biogas yang menghasilkan gas metana sebagai bahan bakar alternatif.

Baca Juga: Tak Hanya Minim Polusi, Ini Deretan Keunggulan Gas Alam

6. Limbah Pabrik Kulit

Industri pengolahan kulit, seperti penyamakan kulit hewan, menghasilkan limbah dalam jumlah besar.

Limbah padat seperti potongan kulit, serpihan daging, dan jaringan sisa seringkali dibuang begitu saja, padahal limbah ini masih mengandung protein dan zat organik lainnya yang bisa dimanfaatkan menjadi bioenergi maupun biogas.

7. Bangkai Hewan

Bangkai hewan, baik yang berasal dari peternakan, rumah potong, maupun hasil limbah rumah tangga, seringkali hanya dianggap sebagai sumber bau tak sedap serta penyebaran penyakit. Jika dikelola dengan teknologi yang tepat, bangkai hewan dapat diolah menjadi biogas.

Baca Juga: Mengapa Harus Beralih ke Energi Hijau? Ini Dampaknya Bagi Masa Depan Bumi

BioLNG: Energi Bersih dari Limbah Organik

Limbah seperti kotoran hewan ternak, sisa makanan, atau limbah pertanian dapat diolah melalui proses anaerobik menjadi biogas. Biogas ini utamanya mengandung metana dan karbon dioksida.

BioLNG itu sendiri diperoleh dengan memurnikan biogas  untuk memisahkan metana dari gas lainnya, sehingga menghasilkan biometana berkadar tinggi. 

Selanjutnya, biometana ini dicairkan melalui proses pendinginan ekstrem dan kemudian jadilah BioLNG.

BioLNG memiliki sejumlah keunggulan, antara lain:

Karena diproduksi dari limbah organik yang dapat diperbarui, BioLNG bukan hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga mendorong pengolahan limbah secara berkelanjutan.

Referensi:

  • Paiton Energy. Diakses tahun 2025. Potensi Limbah Organik untuk Energi Bersih di Indonesia
  • DLH Kabupaten Buleleng. Diakses tahun 2025. 10 Contoh Sampah Organik di Sekitar Kita
  • Green Create. Diakses tahun 2025. Our Green Solution: Bio LNG
  • Nordsol. Diakses tahun 2025. What is bio-LNG and How Is It Made?

Ini Faktanya! Kelebihan dari Energi Alternatif Dibanding Fosil

Ketersediaan energi yang berkelanjutan memiliki peran penting dalam menggerakkan berbagai sektor, mulai dari rumah tangga, transportasi, hingga industri.

Akan tetapi, demand energi yang tinggi ini masih bertumpu pada bahan bakar fosil. Kita tahu, meski saat ini energi fosil menjadi solusi, sayangnya juga menciptakan isu kerusakan lingkungan.

Lantas, apa solusinya untuk masa depan kita? Tentunya, sudah saatnya kita perlu mulai serius dalam menggali potensi energi alternatif. Energi ini memiliki keunggulan yang tak pernah dimiliki oleh energi fosil.

Mau tahu apa saja kelebihan energi alternatif? Yuk, temukan ulasan lengkapnya di sini dan apa saja tantangan untuk merealisasikannya.

Apa saja Contoh Energi Alternatif?

Energi alternatif merupakan sumber energi yang digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil.

Meski istilah ini sering disamakan dengan energi terbarukan, faktanya tidak semua energi alternatif bersifat terbarukan.

Namun, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang tidak ramah lingkungan, seperti batu bara dan minyak bumi.

Energi alternatif menawarkan potensi besar sebagai jembatan menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan. Banyak di antaranya tersedia melimpah di sekitar kita dan dapat diperbarui secara alami.

Berikut beberapa contoh sumber energi alternatif yang berpotensi menggantikan bahan bakar fosil:

  • Energi panas bumi: memanfaatkan panas dari inti bumi.
  • Energi air: mengandalkan arus atau aliran air.
  • Energi nuklir: menghasilkan energi dari reaksi fisi atom.
  • Energi surya: memanfaatkan cahaya matahari melalui panel surya.
  • Energi angin: dikonversi dari pergerakan udara menggunakan turbin.
  • Biomassa: berasal dari materi organik seperti limbah pertanian dan kayu.

Semua sumber energi ini memiliki satu keunggulan besar dibandingkan energi fosil, yakni emisi karbon yang jauh lebih rendah, sehingga sangat cocok sebagai opsi sumber energi masa depan yang lebih hijau.

Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!

Apa Kelebihan Energi Alternatif Dibanding Fosil?

Energi alternatif memiliki potensi besar yang bisa menjadi harapan dalam transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Berbeda dengan energi fosil yang semakin menipis dan merusak lingkungan, sumber energi alternatif tersedia melimpah dan dapat diperbarui secara alami.

Dengan keunggulan ini, energi alternatif menjadi opsi kuat untuk menggantikan bahan bakar fosil, terutama dalam mengurangi emisi karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan.

Berikut ini beberapa kelebihan energi alternatif dibandingkan energi fosil.

Ramah Lingkungan

Energi alternatif menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan energi fosil. Karena banyak diantaranya berasal dari sumber alami seperti matahari dan angin, penggunaannya tidak menyebabkan polusi udara atau air secara signifikan.

Sumber Energi Tak Terbatas

Sumber energi seperti matahari, angin, dan air tersedia secara terus-menerus dan tidak akan habis. Hal ini membuat energi alternatif jauh lebih berkelanjutan dibandingkan cadangan bahan bakar fosil yang terbatas.

Biaya Operasional Lebih Rendah dalam Jangka Panjang

Setelah infrastruktur awal dibangun, biaya operasional energi alternatif cenderung lebih rendah karena tidak memerlukan bahan bakar berkelanjutan. Misalnya, tenaga surya dan angin tidak perlu diisi dengan bahan bakar untuk terus menghasilkan energi.

Baca Juga: Energi Terbaik Pengganti Bahan Bakar Fosil, Apakah Itu LNG?

Tantangan Implementasi Energi Alternatif

Tantangan dalam mengembangkan energi alternatif cukup kompleks, meskipun potensinya sangat menjanjikan bagi masa depan yang berkelanjutan.

Salah satu hambatan utama adalah biaya investasi awal yang tinggi. Pembangunan infrastruktur seperti panel surya, turbin angin, atau pembangkit tenaga air membutuhkan dana besar, terutama bagi wilayah yang belum memiliki sistem pendukung yang memadai.

Sumber energi terbarukan seperti matahari dan angin sangat bergantung pada kondisi alam, sehingga tidak selalu stabil. Hal ini membuat teknologi penyimpanan energi menjadi krusial.

Aspek geografis dan sosial juga menjadi tantangan tersendiri. Tidak semua wilayah cocok untuk pengembangan energi tertentu.

Dalam beberapa kasus, pembangunan fasilitas energi seperti turbin angin atau bendungan dapat mengganggu ekosistem lokal, bahkan menyebabkan perpindahan penduduk.

Baca Juga: Dampak Negatif Minyak Bumi untuk Lingkungan dan Sosial

Peran LNG sebagai Solusi Transisi Energi

Liquefied Natural Gas (LNG) adalah salah satu sumber energi yang pasokannya relatif stabil dan mudah didistribusikan karena infrastrukturnya sudah tersedia.

LNG juga fleksibel dalam penggunaannya, mulai dari pembangkit listrik hingga bahan bakar transportasi seperti kapal laut.

Dari sisi lingkungan, LNG menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan batu bara atau minyak bumi, sehingga lebih ramah lingkungan dan berkontribusi dalam mengurangi pemanasan global.

Di tengah proses peralihan ke energi terbarukan seperti angin, matahari, atau air yang butuh waktu dan teknologi canggih, LNG bisa menjadi jembatan yang krusial.

LNG dapat menutup celah kebutuhan energi dengan dampak lingkungan yang lebih kecil daripada energi fosil konvensional.

Referensi:

  • Media Indonesia. Diakses tahun 2025. 10 Pembangkit Listrik Tenaga Air Terbesar di Indonesia
  • Sun Energy. Diakses tahun 2025. Mengenal Macam-Macam Energi Alternatif
  • Atonergi. Diakses tahun 2025. Keuntungan Menggunakan Energi Alternatif