
Thank you for interest and for submitting your CV!
Thank you for interest and for submitting your CV!
Ketika kita berbicara tentang sektor mana yang paling banyak menghabiskan energi, pikiran kita sering kali langsung tertuju pada dunia transportasi. Apakah benar demikian?
Ternyata tidak, karena menurut data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023 sektor transportasi berada di urutan kedua yang paling boros energi.
Lantas sektor apa yang berada di urutan teratas? Berikut ini akan dijelaskan fakta-fakta kebutuhan energi di berbagai sektor.
Menurut data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023, ini dia urutan sektor yang paling boros energi.
Sektor industri menjadi konsumen energi terbesar. Sektor ini mencakup berbagai macam kegiatan, mulai dari industri berat hingga manufaktur barang konsumsi seperti makanan, tekstil, dan elektronik.
Proses-proses industri seperti penggerakan mesin-mesin berat, proses kimiawi, dan ekstraksi bahan mentah memerlukan pasokan energi yang sangat besar dan berkelanjutan.
Tingkat industrialisasi suatu negara atau wilayah sangat mempengaruhi besarnya konsumsi energi di sektor ini.
Baca Juga: Contoh Gas Rumah Kaca dan Dampaknya Bagi Lingkungan
Mobilitas manusia dan barang melalui berbagai moda seperti kendaraan pribadi, transportasi umum, penerbangan, dan pelayaran membutuhkan energi dalam jumlah yang masif.
Ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama di sektor ini menjadikannya kontributor signifikan terhadap total konsumsi energi dan juga emisi gas rumah kaca.
Pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan globalisasi perdagangan terus mendorong peningkatan kebutuhan energi di sektor transportasi.
Di bangunan, baik di lingkup rumah tangga dan komersial, digunakan untuk penerangan, pengoperasian peralatan elektronik, peralatan kantor, dan memasak.
Efisiensi energi dalam desain bangunan, penggunaan peralatan hemat energi, dan perilaku penghuni sangat mempengaruhi tingkat konsumsi energi di sektor ini.
Sektor pertanian, meskipun mungkin tidak selalu menduduki peringkat teratas dalam total konsumsi energi, namun 1memiliki kebutuhan energi yang signifikan.
Energi di sektor ini digunakan untuk mengoperasikan mesin pertanian, produksi pupuk, pestisida, pengolahan hasil panen, dan transportasi produk pertanian. Modernisasi pertanian dan praktik intensifikasi seringkali meningkatkan kebutuhan energi di sektor ini.
Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!
Sering dianggap paling boros, sektor transportasi sebenarnya bersaing ketat dengan sektor industri dalam hal konsumsi energi.
Berikut data konsumsi energi dalam satuan BOE (Barrel Oil Equivalent atau satuan energi setara barel minyak).
Peringkat | Sektor | Konsumsi Energi (Juta BOE) |
1 | Industri | 556,6 |
2 | Transportasi | 448,5 |
3 | Rumah Tangga | 166,2 |
4 | Komersial | 55,5 |
5 | Lain-lain | 10,6 |
Berikut beberapa cakupan ataupun penggunaan energi di masing-masing sektor:
Baca Juga: Mengapa Harus Beralih ke Energi Hijau? Ini Dampaknya Bagi Masa Depan Bumi
Konsumsi energi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, baik dari sisi:
Tingkat konsumsi energi suatu negara atau sektor akan meningkat seiring dengan:
Selain itu, kebijakan energi dan kesadaran lingkungan juga memainkan peran penting dalam menentukan pola konsumsi energi.
Baca Juga: 5 Bahan Bakar Ramah Lingkungan
LNG (Liquefied Natural Gas) berperan penting dalam mengurangi pemborosan energi karena dapat menggantikan bahan bakar minyak (BBM) atau batu bara yang lebih boros dan mencemari lingkungan.
LNG menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, memiliki efisiensi pembakaran tinggi, dan cocok digunakan di sektor transportasi, industri, serta pembangkit listrik.
Penggunaan LNG membantu menekan konsumsi BBM nasional yang selama ini didominasi sektor transportasi dan industri. Perannya sebagai energi transisi juga penting karena mampu menjembatani peralihan dari energi fosil ke energi terbarukan secara bertahap dan efisien.
Pertumbuhan penduduk dan ekspansi ekonomi mendorong kebutuhan energi global terus meningkat. Namun, di sisi lain ada tuntutan besar untuk mengurangi emisi karbon dan mempercepat transisi ke sistem energi rendah karbon
Di tengah dilema ini, Liquefied Natural Gas (LNG) muncul sebagai solusi transisi energi yang strategis. Energi ini menghasilkan emisi yang lebih bersih dibandingkan batu bara dan minyak bumi.
Itu artinya, LNG menjadi pilihan energi yang paling relevan dalam menjaga pasokan energi dan sekaligus rendah emisi.
Transisi energi adalah pergeseran dari sistem energi berbasis bahan bakar fosil menuju sistem yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan.
Ada beberapa faktor yang mendorong dunia untuk segera beralih ke energi yang lebih bersih, antara lain:
Akan tetapi dalam proses menuju transisi energi ini muncul banyak tantangan, misalnya:
Baca Juga: Mengapa Harus Beralih ke Energi Hijau? Ini Dampaknya Bagi Masa Depan Bumi
Inilah beberapa poin alasan kenapa LNG memiliki peran krusial dalam transisi energi.
Alasan utama mengapa LNG dianggap krusial dalam transisi energi adalah karena intensitas karbonnya terbilang lebih rendah jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, terutama batu bara dan minyak bumi.
Dalam konteks pembangkit listrik, menggantikan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan pembangkit listrik LNG secara signifikan akan membantu upaya dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dan polutan udara lainnya yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Transisi ke energi terbarukan, meskipun terbilang esensial, akan memakan waktu dan investasi yang signifikan dalam infrastruktur dan teknologi penyimpanan energi.
Selain itu, energi terbarukan seperti angin dan surya tidak selalu tersedia. Di sinilah LNG berperan sebagai sumber backup yang dapat diaktifkan dengan cepat untuk menjaga kestabilan pasokan energi nasional.
Baca Juga: Macam-macam Energi Alternatif dan Contohnya
Infrastruktur dan teknologi pendukung LNG sudah tersedia dan tersebar luas, mulai dari fasilitas pencairan, kapal pengangkut, dan terminal regasifikasi.
Dengan terbentuknya infrastruktur ini memungkinkan LNG disalurkan lintas benua tanpa harus bergantung pada jaringan pipa, yang biasanya hanya dapat menghubungkan negara-negara dalam satu kawasan geografis tertentu.
Penggunaan LNG dalam pembangkit listrik menjadi langkah nyata dalam mengurangi ketergantungan terhadap batu bara, yang selama ini dikenal sebagai salah satu sumber energi paling kotor.
Dengan menggantikan batu bara sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik, LNG membantu mempercepat upaya dekarbonisasi sektor energi tanpa mengorbankan kestabilan pasokan.
Baca Juga: Jenis Gas Alam dan Manfaat untuk Berbagai Industri
Tidak seperti pipa gas alam yang hanya bisa mengalirkan energi antar wilayah yang terhubung secara geografis, LNG dapat dicairkan dan dikirimkan menggunakan kapal tanker ke negara mana pun yang memiliki terminal regasifikasi.
Dalam konteks geopolitik yang kerap tidak menentu, fleksibilitas dalam distribusi ini menjadi nilai strategis karena mengurangi ketergantungan pada rute pipa tertentu yang bisa saja terganggu akibat konflik atau bencana.
Selain sektor listrik, LNG juga punya potensi signifikan dalam mengurangi emisi di sektor transportasi dan industri.
Dalam transportasi laut, LNG bisa menjadi alternatif bahan bakar yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar minyak konvensional, membantu mengurangi polusi udara di pelabuhan dan jalur pelayaran.
Baca Juga: Tak Hanya Minim Polusi, Ini Deretan Keunggulan Gas Alam
LNG merupakan jembatan krusial menuju sistem energi global yang lebih bersih. Dengan jejak karbon yang lebih rendah, fleksibilitas tinggi, dan peran pelengkap bagi energi terbarukan, LNG menawarkan solusi pragmatis selama proses dekarbonisasi berjalan.
Jika dikelola secara bertanggung jawab, LNG dapat menjadi pilar transisi energi yang menghubungkan kebutuhan energi saat ini dengan masa depan yang lebih berkelanjutan.