Mengenal Regasifikasi, Proses Penting dalam Industri Gas Alam Cair (LNG)

Gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG), adalah salah satu bentuk energi yang memiliki potensi besar menjadi bahan bakar yang lebih bersih dan efisien. Jumlahnya terbilang berlimpah dan kebutuhan akannya kini mulai meningkat.

Namun, sebelum dapat digunakan, LNG perlu menjalani serangkaian proses, salah satunya adalah regasifikasi. Apakah itu?

Dalam artikel ini, kami akan mengajak Anda untuk mengenal lebih dekat dengan regasifikasi, salah satu proses penting dalam industri gas alam cair atau LNG. Simak penjelasan selengkapnya di bagian berikut.

Sistem Regasifikasi pada LNG

a. Pengertian Regasifikasi

Kebutuhan akan gas yang kian bertambah mendorong pembangunan pipa-pipa gas dan penyaluran melalui alat transportasi, misalnya truk. Kedua instrumen tersebut merupakan metode yang cukup lazim digunakan untuk mendistribusikan gas alam.

Berdasarkan Cost Effective pada Sistem Regasifikasi Liquefied Natural Gas (LNG) di Indonesia oleh Nugroho, Setyawan, dan Wibawa (2013), ketika berwujud gas, gas bumi didistribusikan dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) dan Pipeline Gas (PG). Akan tetapi, pada beberapa kondisi, hal tersebut tidak memungkinkan.

Spesifiknya, penyaluran gas alam melalui pipa-pipa dan moda transportasi tidaklah memungkinkan, terutama untuk daerah jarak jauh dan melewati lautan. Hal ini karena cara tersebut kurang efektif dan bisa memakan biaya yang besar.

Oleh karena itu, guna mempermudah proses transportasi atau shipping dan penyimpanan, gas alam dikondensasi pada suhu sekitar -161 derajat Celsius dan tekanan 1 atm untuk mengubahnya menjadi Liquefied Natural Gas (LNG) yang berwujud cair.

Mengapa gas alam perlu diubah menjadi LNG? Nugroho, Setyawan, dan Wibawa (2013) menjelaskan bahwa LNG membutuhkan volume penyimpanan yang 600 kali lebih kecil dibanding ketika berwujud gas.

Pengubahan gas alam menjadi LNG sendiri umumnya dikerahkan hanya untuk mempermudah pendistribusian gas alam ke daerah-daerah yang jaraknya jauh dari pabrik pengolahan LNG. Apabila daerah tersebut dekat dengan area pabrik, gas alam dapat disalurkan melalui pipa-pipa gas atau diantarkan secara langsung ke konsumen.

Namun demikian, agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar, gas alam cair alias LNG tersebut perlu diubah kembali menjadi gas. Proses inilah yang dikenal sebagai regasifikasi.

Merujuk Regasification of LNG (Liquefied Natural Gas) oleh Nuswantara, Priharnanto, dan Wibawa (2014), regasifikasi adalah proses mengubah gas alam dari fase cair menjadi fase gas kembali. Untuk melakukannya, LNG dipanaskan supaya berubah menjadi gas kembali.

b. Proses Regasifikasi LNG

Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya, regasifikasi penting dilakukan supaya nilai guna dalam LNG dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, pembangkit listrik, ataupun pemanas. Namun, bagaimana sebenarnya proses regasifikasi LNG?

Sebelum itu, perlu Anda ketahui bahwa proses regasifikasi LNG biasanya berlangsung di terminal suplai LNG. Di terminal ini, gas disimpan dalam bentuk cair di tangki, lalu diregasifikasi sebelum ditransfer sebagai gas alam melalui jaringan pipa gas.

Adapun proses regasifikasi LNG, menurut Nuswantara, Priharnanto, dan Wibawa (2014), melibatkan kehadiran vaporizer dan air laut. Jelasnya, vaporizer digunakan untuk mengubah LNG menjadi gas kembali dan air laut berfungsi sebagai penukar panas dalam vaporizer.

Namun, sebelum digunakan sebagai penukar panas, air laut perlu melalui proses klorinasi terlebih dahulu. Hal ini supaya mencegah mikroorganisme dalam air laut menyebabkan kerak dalam pipa.

Selain itu, ada berbagai macam tipe vaporizer yang digunakan selama proses regasifikasi LNG, yaitu

  • Open Rack Vaporizer (ORV),
  • Submerged Combustion Vaporizer (SCV),
  • Ambient Air Vaporizer (AAV),
  • Intermediate Fluid Vaporizer (IFV), dan
  • Shell and Tube Vaporize (STV).

Setelah LNG diubah menjadi gas di vaporizer, langkah selanjutnya adalah proses odorisasi dalam odorizer. Di sini, gas diberi penambahan zat merkaptan yang merupakan bau khas pada gas. Penambahan bau tersebut sangatlah penting sebagai indikator adanya kebocoran

Terakhir, LNG yang telah melalui proses regasifikasi dan odorisasi selanjutnya sudah bisa dialirkan ke konsumen melalui rangkaian jalur pipa-pipa gas. 

Jenis-jenis Regasifikasi

Sejatinya, jenis sistem regasifikasi dibedakan menjadi dua, yaitu

a. Regasifikasi Onshore (Darat)

Regasifikasi onshore adalah metode yang paling umum digunakan. Dalam sistem ini, LNG diangkut ke terminal daratan untuk dilakukan proses regasifikasi. Terminal-terminal regasifikasi onshore kerap berlokasi dekat dengan pembangkit listrik atau pabrik.

Hal ini supaya unit-unit tersebut dapat saling menukar panas untuk menguapkan LNG menggunakan energi pendingin pabrik.

b. Regasifikasi Offshore (Lepas Pantai)

Regasifikasi offshore melibatkan proses pengubahan LNG menjadi gas di lepas pantai. LNG dipanaskan dan diubah kembali menjadi gas di atas kapal yang populer disebut sebagai floating storage dan regasification unit (FSRU). Dengan FSRU, proses penyimpanan dan regasifikasi LNG mungkin untuk dilakukan di lautan.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Regasifikasi

Tiap sistem regasifikasi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Merujuk Nuswantara, Priharnanto, dan Wibawa (2014), berikut penjelasannya:

a. Regasifikasi Onshore

  • Kelebihan: Mampu menghasilkan produk dalam jumlah banyak
  • Kekurangan: Biaya pembangunan terminalnya tergolong besar

b. Regasifikasi Offshore

  • Kelebihan: Mobilitas tinggi karena dapat berpindah-pindah
  • Kekurangan: Kapasitas untuk melakukan regasifikasi tergolong kecil

c. Regasifikasi dengan ORV

  • Kelebihan: Biaya operasional rendah
  • Kekurangan: Tidak bisa digunakan apabila air laut bersuhu di bawah 5 derajat Celsius

d. Regasifikasi dengan SCV

  • Kelebihan: Tidak sensitif terhadap iklim
  • Kekurangan: vendor yang menyediakannya terbatas

e. Regasifikasi dengan AAV

  • Kelebihan: Biaya operasional rendah
  • Kekurangan: Ada emisi

f. Regasifikasi dengan IFV

  • Kelebihan: Efisien dalam memindahkan panas
  • Kekurangan: Biaya operasional mahal

g. Regasifikasi dengan STV

  • Kelebihan: Tidak memerlukan tempat yang luas
  • Kekurangan: Memerlukan heater tambahan

Regasifikasi adalah proses yang penting dalam industri LNG. Proses tersebut memungkinkan LNG yang semula berwujud cair dikonversikan kembali menjadi berwujud gas agar manfaat dan nilai gunanya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Lebih dari itu sekadar bahan bakar, LNG dapat pula menjadi alternatif bahan bakar sekaligus sebagai solusi permasalahan emisi karbon (CO2). Ini karena emisi CO2 berkurang secara signifikan sekitar 25 persen sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.

Kami di PGN LNG (Lembaga Penyediaan dan Pengembangan Infrastruktur Gas Bumi Cair) berkomitmen untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas dan infrastruktur LNG di seluruh Indonesia. Ini sebagai bentuk dukungan kami terhadap program pemerintah dalam mengurangi konsumsi bahan bakar minyak.

Hubungi kontak PGN LNG yang tersedia di situs web untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana Anda dapat berperan dalam menjaga lingkungan dan energi yang lebih bersih.