Ship-to-Ship Transfer: Jenis Operasi dan Cara Aman Melakukan STS LNG Transfer

PGN LNG Indonesia
Agustus 29, 2024
ship-to-ship-transfer

Ship-to-Ship (STS) transfer adalah salah satu metode penting dalam distribusi dan logistik kargo cair, termasuk Liquefied Natural Gas (LNG). Proses ini melibatkan pemindahan kargo dari satu kapal ke kapal lain tanpa memerlukan pelabuhan. Dalam konteks LNG, STS transfer memegang peran krusial, terutama dalam memastikan pasokan energi tetap stabil, terutama di wilayah-wilayah yang minim infrastruktur pelabuhan. 

Mengingat kompleksitas dan risiko yang terkait dengan LNG, pelaksanaan STS transfer membutuhkan keahlian tinggi serta protokol keselamatan yang ketat. Kali ini kami akan menjelaskan apa itu STS transfer, berbagai jenis operasional dasar yang digunakan, serta langkah-langkah penting yang harus diperhatikan untuk menjamin keamanan STS LNG transfer.

Apa Itu Ship-to-Ship Transfer

ship-to-ship-transfer
Sumber: potret kapal (Unsplash.com/Vidar Nordli-Mathisen)

Ship-to-Ship (STS) transfer adalah proses pengangkutan kargo dari satu kapal ke kapal lainnya, biasanya dilakukan di laut terbuka. Operasi ini umum dilakukan untuk berbagai jenis kargo, seperti minyak, bahan kimia, dan LNG. Dalam konteks LNG, STS transfer menjadi metode yang efisien untuk mendistribusikan gas alam cair ke berbagai wilayah, terutama yang tidak memiliki fasilitas penerima LNG yang memadai.

LNG, sebagai bahan bakar bersih dan efisien, memiliki sifat kriogenik yang berarti bahwa ia disimpan pada suhu yang sangat rendah (-162°C). Sifat inilah yang membuat transfer LNG menjadi lebih menantang dibandingkan dengan kargo lainnya. Oleh karena itu, STS transfer untuk LNG memerlukan peralatan khusus, perencanaan yang matang, serta pelaksanaan yang sangat hati-hati untuk menghindari risiko kebocoran, kebakaran, atau bahkan ledakan.

Jenis-Jenis Operasi Basic Ship-to-Ship Transfer

Terdapat beberapa konfigurasi dasar dalam pelaksanaan STS transfer yang umumnya digunakan, tergantung pada posisi dan kondisi kapal-kapal yang terlibat. Berikut adalah jenis-jenis operasi dasar STS transfer:

1. Operasi Tandem Offloading

Dalam jenis operasional ini, dua kapal ditempatkan dalam satu garis lurus dengan haluan kapal yang mentransfer kargo menghadap buritan kapal penerima. Meskipun operasionalnya dianggap lebih aman karena mengurangi risiko benturan, ia kurang umum digunakan karena memerlukan manuver yang lebih kompleks.

2. Operasi Double-Bank Transfer

Ini adalah konfigurasi paling umum dalam STS transfer. Dalam operasi ini, kedua kapal ditempatkan secara paralel, berdampingan satu sama lain. Operasi double-bank transfer dapat dibagi menjadi beberapa sub-kategori:

  • Double-Banked Adrift: Operasi ini dilakukan saat kedua kapal berada dalam kondisi hanyut bebas (adrift), sering kali dilakukan di perairan yang tenang atau di alur pelayaran yang tidak padat.
  • Double-Banked Anchor: Dalam konfigurasi ini, salah satu kapal berlabuh sementara kapal lainnya mendekat untuk melakukan transfer. Metode ini umum digunakan di area yang memiliki arus laut yang cukup kuat.
  • Double-Banked Moored at Gasport Jetty: Operasi ini dilakukan ketika salah satu kapal terikat di jetty terminal, memungkinkan transfer kargo dengan stabilitas yang lebih baik.
  • Double-Banked Moored at STL Buoy: Dalam konfigurasi ini, salah satu kapal terikat pada mooring buoy (STS Buoy), yang memungkinkan transfer dilakukan dengan pengendalian posisi yang lebih baik.

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Pelaksanaan STS LNG Transfer

Pelaksanaan STS LNG transfer memerlukan perhatian khusus pada beberapa aspek untuk memastikan keamanan dan efisiensi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Protokol dan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Keberadaan Protokol Manual dan SOP yang disetujui oleh Classification Society sangat penting. SOP ini harus mencakup seluruh aspek operasional, termasuk langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan risiko. Penting untuk memastikan bahwa semua prosedur telah memenuhi standar internasional dan dapat diterima oleh perusahaan asuransi maritim.

2. Risk Assessment dan Compatibility Study

Sebelum pelaksanaan STS transfer, studi penilaian risiko yang komprehensif harus dilakukan. Studi ini mencakup penilaian terhadap potensi bahaya, mitigasi risiko, serta kompatibilitas antara dua kapal yang akan terlibat. Compatibility study meliputi penilaian susunan manifold, penempatan hose support, parameter desain cryogenic transfer hoses, dan konfigurasi mooring arrangement antara kedua kapal.

3. Peralatan Pendukung

Semua peralatan yang digunakan dalam STS transfer, seperti flexible cryogenic hoses, Yokohama fenders, dan emergency release couplings, harus memiliki sertifikasi “fit for purpose” dari badan klasifikasi dan memenuhi standar industri seperti API, ASME, dan ISO. Peralatan ini juga harus secara rutin diuji dan disertifikasi untuk memastikan kelaikan fungsinya dalam kondisi operasional.

4. Kondisi Laut

Kondisi laut sangat berpengaruh pada keamanan STS transfer. Operasi ini harus segera dihentikan jika kondisi laut mulai memburuk, seperti saat terjadi peningkatan ketinggian gelombang atau perubahan cuaca yang ekstrem. Gelombang tinggi dapat menyebabkan cargo sloshing yang dapat merusak sistem kontainmen kargo, sehingga pengawasan kondisi meteorologi secara real-time sangat penting.

5. Koordinasi dan Komunikasi

Komunikasi yang efektif antara kedua kapal dan tim yang terlibat sangat penting untuk menghindari kesalahan operasional. Penggunaan sistem komunikasi yang handal seperti VHF Radio dan PA (Public Address) sangat dianjurkan. Selain itu, penting untuk mengadakan safety meeting sebelum pelaksanaan transfer untuk memastikan bahwa semua pihak memahami prosedur yang akan dilakukan.

Tantangan dalam Pelaksanaan STS LNG Transfer

Meskipun STS LNG transfer menawarkan berbagai keuntungan, termasuk efisiensi biaya dan fleksibilitas distribusi, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Beberapa tantangan utama meliputi:

  • Kompleksitas Teknis: LNG adalah kargo yang sangat sensitif terhadap suhu dan tekanan. Transfer LNG memerlukan pemantauan terus-menerus terhadap tekanan dan suhu di dalam tangki, serta sinkronisasi antara sistem di kedua kapal. Kegagalan dalam mengelola faktor-faktor ini dapat menyebabkan masalah serius, seperti pembentukan gas uap berlebih atau bahkan ledakan.
  • Keselamatan dan Lingkungan: LNG adalah bahan bakar yang bersih, tetapi bila tidak ditangani dengan benar, risiko kebocoran dapat menyebabkan dampak lingkungan yang signifikan. Oleh karena itu, semua prosedur keselamatan harus diikuti dengan ketat untuk mencegah insiden.
  • Regulasi dan Kepatuhan: Setiap negara memiliki regulasi yang berbeda-beda terkait dengan operasi STS LNG transfer. Operator harus memastikan bahwa mereka mematuhi semua regulasi lokal dan internasional, termasuk yang terkait dengan keselamatan pelayaran dan lingkungan.

Pelaksanaan STS LNG transfer memerlukan perencanaan dan eksekusi yang matang untuk memastikan bahwa proses ini berjalan dengan aman dan efisien. Dengan memahami jenis-jenis operasi STS, memperhatikan aspek-aspek penting dalam pelaksanaannya, serta mengatasi tantangan yang ada, operator dapat memastikan bahwa LNG dapat didistribusikan dengan aman ke berbagai wilayah yang membutuhkan. Keberhasilan STS LNG transfer tidak hanya bergantung pada teknologi dan peralatan yang digunakan, tetapi juga pada keahlian dan kesiapan tim yang terlibat dalam operasional ini.