Air Bisa Jadi Energi? Ini Penjelasannya!

Web Editor
12/09/2025
apa-itu-energi-air

Indonesia memiliki potensi energi air yang begitu melimpah. Dari derasnya aliran sungai hingga luasnya lautan, semua menyimpan kekuatan yang bisa dimanfaatkan.

Namun, mampukah potensi ini benar-benar menjadi sumber energi masa depan? Yuk, simak bagaimana peluang dan tantangan yang harus dihadapi.

Apa Itu Energi Air (Hydropower)?

Energi air atau hydropower adalah salah satu sumber energi terbarukan tertua dan paling andal bagi manusia. Energi ini memanfaatkan kekuatan air yang bergerak, baik dari sungai, air terjun, maupun gelombang laut, untuk dikonversi menjadi energi listrik.

Untuk menghasilkan listrik diperlukan tahapan transformasi dari energi kinetik atau potensial menjadi energi mekanik, dan akhirnya menjadi listrik.

Jumlah curah hujan yang mengalir ke sungai di suatu wilayah sangat menentukan ketersediaan air untuk memproduksi listrik. Karena itu, perubahan musim dan pola curah hujan sangat mempengaruhi ketersediaan energi ini.

Baca Juga: Perbedaan Energi Terbarukan dan Tak Terbarukan

Cara Kerja Energi Air Menghasilkan Listrik

Aliran air bisa menjadi listrik tentunya ada proses konversi energi dan beberapa komponen pendukung yang memungkinkan prinsip ini terjadi.

Prinsip Dasar Konversi Energi

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bekerja dengan mengubah energi potensial (dari ketinggian air) dan energi kinetik (dari aliran air) menjadi energi listrik. Semakin tinggi perbedaan ketinggian dan semakin besar debit air, maka daya yang dihasilkan juga makin besar.

Proses dimulai saat air dari waduk dialirkan melalui pipa besar bertekanan tinggi yang disebut penstock. Aliran air ini memutar turbin. Fungsi turbin untuk mengubah energi air menjadi energi mekanik.

Turbin terhubung ke generator, yang kemudian mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Kemudian, listrik tersebut disalurkan ke jaringan distribusi untuk digunakan.

Komponen Utama PLTA

Sebuah PLTA umumnya memiliki beberapa komponen penting:

  • Bendungan dan Waduk: Untuk menahan air dan mengatur pasokan aliran agar stabil.
  • Penstock (Pipa Tekan): Saluran yang mengarahkan air bertekanan tinggi ke turbin.
  • Turbin: Mengubah energi air menjadi energi mekanik melalui putaran.
  • Generator: Mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
  • Saluran Keluar (Tailrace): Mengalirkan air kembali ke sungai setelah melewati turbin.

Dengan sinergi komponen ini, energi air dapat dimanfaatkan secara efisien untuk menghasilkan listrik.

Baca Juga: 7 Dampak Deforestasi yang Mengancam Kita Semua

Apa Saja Berbagai Jenis Pemanfaatan Energi Air?

Menurut data Kementerian ESDM tahun 2023, energi air di Indonesia telah dimanfaatkan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).

Selain itu, Indonesia juga masih memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi air lain, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPS).

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PLTA skala besar menggunakan bendungan untuk membentuk waduk yang menyimpan air dalam jumlah besar, kemudian air tersebut dialirkan melalui turbin untuk menghasilkan listrik.

PLTA cocok untuk memasok energi bagi kota dan kawasan industri karena kapasitasnya besar.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

PLTMH beroperasi pada skala lebih kecil dibanding PLTA, biasanya tanpa bendungan besar. Sistem ini memanfaatkan aliran sungai atau saluran irigasi untuk memutar turbin mini.

Teknologi ini sangat ideal untuk daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik nasional. Selain relatif murah dan ramah lingkungan, PLTMH dapat menjadi solusi energi mandiri yang berkelanjutan bagi desa atau komunitas kecil.

Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPS)

Energi pasang surut memanfaatkan pergerakan air laut akibat siklus pasang dan surut. PLTPS umumnya dibangun di teluk atau muara dengan struktur khusus yang mengarahkan air laut melalui turbin.

Kelebihannya adalah pola pasang surut yang teratur dan dapat diprediksi, sehingga menghasilkan energi yang stabil. Akan tetapi, teknologi ini masih tergolong mahal dan hanya efektif di wilayah dengan perbedaan pasang surut yang cukup besar.

Baca Juga: Apakah Biogas Ramah Lingkungan atau Bumerang Baru?

Tantangan Implementasi Energi Air

Meskipun energi air merupakan sumber yang bersih dan berkelanjutan, penerapannya menghadapi tantangan serius yang perlu ditangani dengan cermat.

Pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), terutama skala besar, kerap menyebabkan gangguan pada ekosistem sungai seperti mengubah aliran air, merusak habitat akuatik, dan memperburuk kualitas lahan hilir.

Bahkan juga memungkinkan akan memicu relokasi masyarakat, sehingga berdampak pada struktur sosial dan warisan budaya lokal.

Di samping itu, investasi awalnya sangat tinggi dan proses konstruksi bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Pasokan energi air sangat bergantung pada iklim. Kekeringan dapat menurunkan volume air di waduk hingga mengganggu produksi listrik.

Ketergantungan seperti ini membuat energi air kurang fleksibel dalam merespons fluktuasi permintaan energi.

Baca Juga: Benarkah Sektor Paling Boros Energi adalah Transportasi? Ini Faktanya

LNG sebagai Solusi Kelemahan Energi Air

Energi air merupakan sumber daya terbarukan yang bersih, tetapi memiliki tantangan, terutama terkait pasokan karena sangat bergantung pada curah hujan dan debit sungai.

Dalam kondisi musim kering, kapasitas listrik dapat berkurang, sehingga dibutuhkan sumber energi pendukung yang stabil.

Liquefied Natural Gas (LNG) hadir sebagai solusi transisi yang dapat menjaga keandalan pasokan energi sekaligus melengkapi peran energi terbarukan.

LNG adalah gas alam yang didinginkan hingga sekitar -162°C untuk mengubahnya menjadi cairan. Bentuk cair ini membuat LNG mudah didistribusikan dan disimpan dalam jumlah besar.

Dengan dukungan infrastruktur yang sudah memadai, LNG dapat disalurkan ke berbagai wilayah, termasuk daerah yang sulit dijangkau jaringan energi lain. Keunggulan LNG terletak pada:

  • Stabilitas pasokan
  • Fleksibilitas distribusi
  • Emisi yang lebih rendah dibanding batu bara

LNG bukan sekadar energi alternatif, melainkan solusi strategis untuk masa depan energi yang lebih bersih, stabil dan efisien.

Referensi: