Memahami Perbedaan SECA dan ECA, Beserta Regulasi Zona Sulphur Global

Industri maritim adalah salah satu sektor yang sangat terpengaruh oleh regulasi lingkungan, terutama terkait dengan emisi yang dihasilkan oleh kapal-kapal laut. Seiring dengan meningkatnya perhatian global terhadap perubahan iklim dan polusi udara, International Maritime Organization (IMO) telah memperkenalkan berbagai regulasi untuk mengurangi emisi gas buang, terutama sulfur oksida (SOx) dan nitrogen oksida (NOx). 

Dua konsep penting yang terkait dengan regulasi ini adalah SECA (Sulphur Emission Control Area) dan ECA (Emission Control Area). Kali ini PGN LNG Indonesia akan membahas secara mendetail apa itu SECA dan ECA, serta bagaimana regulasi zona sulfur global diterapkan di seluruh dunia.

Apa Itu SECA dan ECA?

SECA (Sulphur Emission Control Area) adalah zona tertentu di mana batasan emisi sulfur dari bahan bakar kapal sangat ketat. Tujuan utama dari pembentukan SECA adalah untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh sulfur oksida, yang merupakan salah satu komponen utama dari hujan asam dan memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. 

Di dalam zona SECA, kapal-kapal diharuskan menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur yang sangat rendah atau menggunakan teknologi pengendalian emisi, seperti scrubber, untuk mengurangi emisi sulfur.

Sedangkan ECA (Emission Control Area) adalah konsep yang lebih luas yang mencakup pengendalian emisi sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan partikulat (PM). Zona ECA tidak hanya mencakup pembatasan emisi sulfur seperti SECA, tetapi juga mengatur emisi lain yang berkontribusi terhadap polusi udara. Wilayah ECA biasanya mencakup kawasan pesisir dan jalur pelayaran utama yang rentan terhadap polusi udara yang tinggi.

Perbedaan utama antara SECA dan ECA adalah SECA secara khusus fokus pada pengendalian emisi sulfur, sementara ECA mencakup pengendalian berbagai jenis emisi yang lebih luas. Meskipun semua SECA adalah bagian dari ECA, tidak semua ECA adalah SECA. Hal ini berarti bahwa di dalam ECA, selain emisi sulfur, kapal juga harus mematuhi regulasi terkait emisi nitrogen oksida dan partikulat.

Regulasi Zona Sulphur Global dan Petanya

Sumber: ilustrasi zona sulphur global (MaritimeOptima.com)

Regulasi global mengenai emisi sulfur telah ditetapkan oleh IMO melalui MARPOL Annex VI, yang mencakup batasan emisi sulfur dari bahan bakar kapal. Sejak 1 Januari 2020, batas kandungan sulfur global untuk bahan bakar kapal diturunkan dari 3,50% menjadi 0,50%. Namun, di zona SECA, batasan ini jauh lebih ketat, yaitu hanya 0,10%.

Zona SECA yang saat ini berlaku mencakup:

  • Laut Baltik: Salah satu zona SECA pertama yang diterapkan, mencakup seluruh wilayah Laut Baltik.
  • Laut Utara: Mencakup seluruh wilayah Laut Utara dan beberapa bagian Laut Inggris.
  • Pantai Timur dan Teluk Meksiko AS: Mencakup wilayah pesisir timur Amerika Serikat dan Teluk Meksiko.
  • Pantai Pasifik AS dan Kanada: Mencakup wilayah pesisir barat Amerika Serikat dan Kanada, termasuk Alaska.

Selain itu, beberapa wilayah lain juga sedang dalam pertimbangan untuk ditetapkan sebagai SECA, termasuk beberapa bagian di Asia dan Amerika Selatan. Peta global SECA dan ECA menunjukkan wilayah-wilayah ini dan menjadi panduan penting bagi operator kapal untuk memastikan bahwa mereka mematuhi regulasi yang berlaku saat beroperasi di zona-zona ini.

Dampak dan Tantangan Penerapan SECA dan ECA

Penerapan SECA dan ECA memiliki dampak yang signifikan terhadap industri pelayaran. Salah satu dampak terbesar adalah peningkatan biaya operasional. Bahan bakar dengan kandungan sulfur rendah umumnya lebih mahal dibandingkan dengan bahan bakar konvensional yang digunakan di luar zona SECA. Selain itu, pemasangan dan pemeliharaan teknologi pengendalian emisi seperti scrubber juga membutuhkan investasi yang besar.

Namun, dampak positif dari penerapan SECA dan ECA tidak dapat diabaikan. Pengurangan emisi sulfur dan nitrogen oksida secara signifikan telah meningkatkan kualitas udara di sekitar zona SECA dan ECA. Hal ini tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan manusia, terutama di kawasan pesisir yang padat penduduk.

Industri pelayaran juga menghadapi tantangan teknis dalam mematuhi regulasi SECA dan ECA. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan ketersediaan bahan bakar dengan kandungan sulfur rendah di seluruh dunia. Meskipun permintaan untuk bahan bakar rendah sulfur meningkat, ketersediaannya masih terbatas di beberapa wilayah, yang dapat menyebabkan kesulitan bagi operator kapal dalam mematuhi regulasi.

Selain itu, perawatan dan operasional teknologi pengendalian emisi seperti scrubber memerlukan keahlian teknis dan pemahaman yang mendalam. Operator kapal harus memastikan bahwa peralatan ini berfungsi dengan baik untuk menghindari sanksi dari pihak berwenang.

Pemanfaatan Teknologi dalam Pengendalian Emisi

Untuk mematuhi regulasi SECA dan ECA, kapal-kapal memiliki beberapa opsi teknologi pengendalian emisi. Salah satu solusi paling umum adalah penggunaan scrubber. Scrubber adalah perangkat yang dipasang di kapal untuk menghilangkan sulfur oksida dari gas buang sebelum dilepaskan ke atmosfer.

Ada dua jenis scrubber yang umum digunakan: scrubber basah dan scrubber kering. Berikut perbedaannya:

  • Scrubber Basah

Scrubber basah menggunakan air untuk mencuci gas buang dan menghilangkan sulfur oksida. Ada tiga jenis utama scrubber basah: open loop, closed loop, dan hybrid. Scrubber open loop menggunakan air laut untuk mencuci gas buang, sedangkan scrubber closed loop menggunakan air tawar yang diolah. Hybrid scrubber dapat beroperasi dalam kedua mode tergantung pada kondisi lingkungan.

  • Scrubber Kering: Scrubber kering, di sisi lain, menggunakan bahan padat untuk menyerap sulfur oksida dari gas buang. Meskipun scrubber kering lebih jarang digunakan dibandingkan dengan scrubber basah, mereka menawarkan keuntungan dalam situasi di mana penggunaan air tidak praktis.

Selain scrubber, alternatif lain termasuk penggunaan bahan bakar alternatif seperti LNG (Liquefied Natural Gas), yang memiliki kandungan sulfur sangat rendah, atau bahkan penggunaan bahan bakar hidrogen di masa depan. Setiap opsi memiliki kelebihan dan kekurangan, dan pilihan terbaik tergantung pada profil operasional kapal serta ketersediaan infrastruktur pendukung.

Penerapan SECA dan ECA adalah bagian dari upaya global untuk mengurangi dampak negatif industri pelayaran terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Meskipun regulasi ini membawa tantangan, terutama terkait dengan biaya operasional dan kebutuhan teknologi, manfaatnya dalam hal pengurangan emisi dan peningkatan kualitas udara sangat signifikan. Operator kapal harus secara proaktif mematuhi regulasi ini dan mempertimbangkan berbagai opsi teknologi untuk mengurangi emisi, seperti penggunaan scrubber atau bahan bakar alternatif. Dengan demikian, industri pelayaran dapat terus beroperasi secara berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Baca juga: Mengenal LNG sebagai Solusi Bahan Bakar untuk Berbagai Industri