Energi alternatif seperti surya dan angin menawarkan energi lebih bersih dibanding batu bara dan minyak bumi. Kontribusinya dalam bauran energi nasional mulai terlihat, tetapi belum cukup untuk menjadi tulang punggung pasokan listrik.
Meski menyimpan potensi yang menjanjikan, energi alternatif juga memiliki kelemahan. Lantas, apakah mengintegrasikan dengan LNG (Liquified Natural Gas) menjadi solusi dari kekurangan tersebut? Ini dia faktanya.
Apa Kekurangan Energi Alternatif?
Meskipun energi alternatif menjanjikan energi yang lebih hijau, pada kenyataannya belum mampu menjadi tulang punggung pemasok energi terbesar.
Kondisi ini bisa terjadi karena ada beberapa kekurangan, seperti:
Intermitensi dan Ketergantungan Cuaca
Pembangkit listrik berbasis energi alternatif seperti surya (PLTS) dan angin (PLTB) memiliki keterbatasan utama berupa intermitensi (terputus-putus). Artinya, produksi listrik tidak berlangsung secara konstan karena bergantung pada kondisi cuaca.
PLTS hanya menghasilkan listrik pada saat ada panas matahari, sementara PLTB bergantung pada kecepatan angin yang berubah-ubah.
Karakteristik ini menjadi tantangan dalam sektor industri karena membutuhkan baseload stabil, yakni minimum pasokan listrik yang harus selalu terpenuhi agar sistem tetap andal.
Kondisi ini masih sulit terpenuhi jika hanya mengandalkan energi alternatif.
Baca Juga: Kenali Apa Itu Biogas dan Manfaat Pentingnya
Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi
Integrasi EBT (Energi Baru dan Terbarukan) dalam skala besar masih menghadapi tantangan keterbatasan teknologi penyimpanan energi. Teknologi penyimpanan energi masih relatif mahal dan belum tersedia secara luas.
Selain itu, jaringan listrik konvensional pada umumnya dirancang untuk aliran listrik satu arah dari pembangkit terpusat ke konsumen.
Kondisi ini membuat jaringan belum sepenuhnya siap menerima aliran listrik dua arah yang fluktuatif dari berbagai sumber EBT.
Investasi Awal yang Masih Mahal
Meskipun energi alternatif, seperti surya dan angin, memiliki biaya operasional yang relatif rendah, pembangunan pembangkitnya masih membutuhkan investasi awal (CAPEX) yang besar.
Biaya tersebut mencakup pengadaan panel surya atau turbin angin, pembangunan infrastruktur pendukung, serta biaya pembiayaan proyek.
PLTS skala besar umumnya memerlukan lahan yang cukup luas, sementara proyek PLTB membutuhkan perencanaan lokasi dan infrastruktur khusus.
Skala Produksi dan Keterbatasan Lokasi
Energi alternatif masih menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan listrik industri besar. Karena ketersediaannya sangat bergantung pada kondisi alam, sehingga belum dapat menyediakan pasokan daya yang stabil tanpa dukungan sistem penyeimbang.
Dari sisi lain, PLTS umumnya membutuhkan area yang luas, sementara pengembangan PLTB memerlukan lokasi dengan karakteristik angin tertentu.
Di kawasan industri yang padat, keterbatasan ketersediaan lahan menjadi kendala fisik yang menyulitkan pembangunan pembangkit listrik secara langsung di sekitar pusat konsumsi energi.
Baca Juga: Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kebutuhan Listrik di Era Modern
Bagaimana LNG Menjadi Solusi?
Salah satu sumber energi yang bisa digunakan untuk menutupi kekurangan energi alternatif adalah LNG. Ada beberapa alasan kenapa LNG memiliki peran krusial dalam integrasi ke energi alternatif, antara lain:
Menjawab Masalah Intermitensi Energi Alternatif
Peran LNG dalam sistem energi modern bukan sebagai sumber baseload utama, melainkan sebagai bahan bakar bagi pembangkit listrik yang fleksibel dan dispatchable.
Fleksibilitas inilah yang membuat pembangkit gas sangat penting dalam sistem kelistrikan yang semakin banyak mengandalkan energi terbarukan.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dapat dinyalakan dan menyesuaikan outputnya dalam waktu singkat, bahkan hitungan menit. Karakteristik ini menjadikan pembangkit gas ideal sebagai penyeimbang fluktuasi produksi listrik dari surya dan angin.
Dengan demikian, saat produksi listrik surya menurun akibat cuaca atau pada malam hari, pembangkit gas berbasis LNG dapat segera beroperasi untuk menjaga kestabilan pasokan listrik.
Baca Juga: Mengapa Harus Beralih ke Energi Hijau? Ini Dampaknya Bagi Masa Depan
Solusi Saat Teknologi Penyimpanan Energi Belum Optimal
Di tengah keterbatasan teknologi penyimpanan baterai yang masih mahal dan memiliki durasi penyimpanan terbatas, pembangkit listrik berbahan bakar LNG dapat berperan sebagai sumber energi cadangan yang fleksibel.
Pembangkit gas mampu beroperasi dan menyesuaikan output dengan cepat, sehingga efektif dalam menyeimbangkan fluktuasi energi surya dan angin.
Mengatasi Tantangan Investasi Awal yang Tinggi
Small-scale LNG dan pendekatan modular seperti virtual pipeline memungkinkan distribusi LNG ke lokasi terpencil menggunakan truk atau kapal kecil, tanpa perlu membangun jaringan pipa besar.
Fleksibilitas ini memberikan alternatif bagi industri untuk mengurangi emisi dengan investasi awal yang lebih rendah dibanding membangun infrastruktur pipa skala besar.
Dengan demikian, LNG dapat menjadi solusi transisi energi yang terjangkau dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan lokasi dan skala industri.
Integrasi energi alternatif seperti surya, angin, dan air dengan pembangkit listrik berbahan bakar LNG dapat meningkatkan keandalan dan stabilitas sistem energi.
Energi alternatif menyediakan keberlanjutan, sementara pembangkit gas mampu merespons fluktuasi pasokan dengan cepat, mendukung produktivitas industri tanpa mengorbankan stabilitas operasional.
Kombinasi ini menjadi salah satu strategi penting dalam transisi energi yang bertahap menuju dekarbonisasi.
Referensi:
- Kementrian ESDM. Diakses Tahun 2025. Prakiraan Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Skenario Optimalisasi EBT Daerah
- Kementerian ESDM. Diakses Tahun 2025. Menteri ESDM: Pemanfaatan Gas Jadi Prioritas Nasional
- Kementerian ESDM. Diakses Tahun 2025. Menteri ESDM Tegaskan Gas Jembatani Proses Transisi Energi Bersih
- IEA. Diakses Tahun 2025. Renewable Integration
- EIA. Diakses Tahun 2025. Use of natural gas-fired generation differs in the United States by technology and region