Data Kementerian ESDM yang dirilis pada Oktober 2024 menyebutkan 67% kebutuhan pembangkit listrik di Indonesia mengandalkan batu bara. Ini
BP Statistical Review of World Energy juga mencatat Indonesia menempati peringkat ke-enam dalam hal cadangan batu bara. Ketersediaan yang melimpah membuat batu bara menjadi opsi penting sebagai sumber energi nasional.
Fenomena ini cukup memprihatinkan mengingat batu bara memiliki dampak negatif terhadap lingkungan atas emisi yang dihasilkan.
Padahal dunia saat ini tengah gencar mencari sumber energi alternatif terbarukan yang lebih bersih. Lantas kalau kita ingin beralih dari batu bara, apa saja pilihan energi yang perlu kita pertimbangkan?
Mengapa Batu Bara Perlu Ditinggalkan?
Batu bara merupakan sumber energi penting untuk sektor industri, bahkan hingga sampai sekarang. Namun, batu bara juga memiliki dampak serius yang perlu dipertimbangkan.
Bayangkan, untuk bisa mendapatkan energi dari batu bara perlu melakukan proses ekstraksi yang menyebabkan deforestasi, penghancuran habitat satwa liar, erosi tanah hingga degradasi lahan. Proses eksploitasi ini tentu akan mengancam keanekaragaman hayati.
Belum lagi, penggunaan baru bara menjadi penyumbang besar atas perubahan iklim. Lebih lanjut lagi akan menyebabkan pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama proses pembakaran.
Baca Juga: Mengapa Harus Beralih ke Energi Hijau? Ini Dampaknya Bagi Masa Depan Bumi
Apa Saja Alternatif Batu Bara yang Tersedia Saat Ini?
Ada berbagai macam energi alternatif yang saat ini sedang dikembangkan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia sendiri. Sumber energi ini jauh lebih bersih, sehingga cocok sebagai pengganti batu bara.
1. LNG
LNG (Liquified Natural Gas) atau gas alam cair bisa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan bahan baku industri.
Kelebihan utama dari LNG ini adalah bisa digunakan dalam skala besar. Terlebih lagi infrastruktur dan distribusinya sudah tersedia sehingga sangat cocok sebagai pengganti batu bara saat ini.
Baca Juga: Jangan Salah Lagi! Ini Perbedaan Utama LPG dan LNG
2. Energi Surya
Sinar matahari adalah salah satu sumber energi yang pasokannya melimpah dan bisa kita gunakan untuk memenuhi pasokan kebutuhan listrik, mulai dari penerangan skala rumah tangga hingga operasional industri.
Di Indonesia sendiri, sebagai negara tropis, ketersediaan sinar matahari sangatlah melimpah. Dengan menggunakan panel surya, kita dapat mengubah energi matahari menjadi sumber listrik.
3. Energi Air
Tenaga air juga bisa dijadikan sebagai salah satu energi alternatif. Cara kerjanya bisa dengan menggunakan aliran sungai atau bendungan untuk menggerakkan turbin.
Turbin inilah yang nantinya akan mengubah energi gerak dari air menjadi listrik yang bisa digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!
4. Energi Angin
Selain air, angin juga bisa digunakan untuk menggerakkan turbin yang bisa mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Contoh negara yang telah menggunakan turbin angin sebagai pembangkit listrik adalah Denmark dan Belanda.
5. Energi Panas Bumi
Di dalam inti bumi terdapat sumber panas yang bisa dimanfaat sebagai alternatif baru sumber energi. Jika digunakan dengan tepat, energi ini mampu membantu memenuhi kebutuhan listrik nasional.
Indonesia sendiri, sebagai negara yang berada di atas cincin api Pasifik memiliki potensi panas bumi yang sangat besar. Bahkan ketersedian energi ini bisa digunakan sebagai pembangkit listrik.
Baca Juga: Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kebutuhan Listrik di Era Modern
Mengapa LNG Menjadi Pengganti Batu Bara yang Menjanjikan?
Tidak bisa dipungkiri, penggunaan batu bara akan terus menghasilkan emisi karbon berbahaya. Adanya dampak negatif ini akan terus mendorong kita untuk menemukan energi alternatif baru yang lebih ramah lingkungan.
Saat ini LNG menjadi alternatif terbaik batu bara. LNG menghasilkan emisi karbon dioksida yang lebih rendah selama pembakaran, sehingga bisa membantu menurunkan emisi gas rumah kaca.
LNG dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cair menggunakan kapal, sehingga menawarkan fleksibilitas distribusi ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau jaringan pipa gas, termasuk daerah terpencil atau kepulauan.
Baca Juga: Mengapa LNG Krusial dalam Transisi Energi Global? Ternyata ini Faktanya
Strategi Transisi Energi dari Batu Bara ke LNG dan ETB
Untuk mendukung Indonesia menjadi salah satu negara maju di tahun 2045 mendatang, Kementerian ESDM berkomitmen secara penuh akan menyediakan listrik bersih dan terjangkau demi bisa mencapai target Net Zero Emission di tahun 2060 mendatang.
Pemerintah menetapkan beberapa strategi transisi energi dari batu bara ke LNG dan ETB, dengan langkah-langkah:
- Melakukan percepatan pemanfaatan energi terbarukan (EBT) yang bervariasi dan tersebar di seluruh Indonesia.
- Diversifikasi sumber energi terbarukan untuk menjaga ketahanan energi.
- Menyusun dokumen perencanaan energi, seperti Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), yang memprioritaskan EBT.
Upaya ini tentu akan berjalan lancar jika pemerintah bisa berkolaborasi dengan pihak swasta dalam menyediakan energi untuk mempercepat transisi dan mendukung pengadaan listrik oleh PLN.
Perbandingan LNG vs Batu Bara
Untuk lebih mudah memahami perbedaan kedua sumber energi ini dalam berbagai aspek, berikut ini perbandingan antara LNG dan batu bara dalam tabel:
Aspek | Batu Bara | LNG |
Emisi CO₂ | Tinggi | Lebih rendah (40–50%) |
Polusi udara | Tinggi | Rendah |
Limbah | Abu | Hampir tidak ada |
Efisiensi energi | Relatif rendah | Tinggi |
Kesiapan infrastruktur | Sudah luas | Semakin berkembang |
Potensi jangka panjang | Terbatas, merusak lingkungan | Cocok untuk transisi energi |
Dunia tidak bisa terus-menerus mengandalkan batu bara, terlebih mengingat dampaknya yang sangat merugikan lingkungan dan kesehatan.
LNG hadir sebagai solusi realistis yang jauh lebih murah, lebih bersih dan lebih efisien dibandingkan batu bara.
Selain itu, didukung dengan kesiapan infrastruktur dan distribusi yang merata, LNG dapat membantu memenuhi kebutuhan listrik nasional tanpa meninggalkan dampak negatif berkepanjangan.