Archives Juni 2025

Energi Terbaik Pengganti Bahan Bakar Fosil, Apakah Itu LNG?

Saat ini, kita sangat bergantung pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama. Meski sumber energi ini punya peran penting dalam menggerakkan ekonomi dan industri, nyatanya potensi dampaknya sangat merugikan kesehatan manusia dan merusak lingkungan.

Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, sudah saatnya kita perlu mempercepat transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Karena faktanya, kita sudah memiliki alternatif yang siap menggantikan batu bara dan minyak bumi.

Yuk, cari tahu apa saja pilihan energi terbaiknya yang kita miliki saat ini.

Mengapa Kita Harus Beralih dari Bahan Bakar Fosil?

Pemanasan global dipicu oleh pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Proses pembakaran ini membawa dampak buruk bagi lingkungan dan juga kehidupan manusia. 

Ekstraksi dan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan deforestasi, penggusuran lahan, kerusakan ekosistem, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Limbah beracun dari proses pengolahan bahan bakar fosil sering mencemari sumber air bersih, sungai, dan lautan. Konsekuensinya tentu akan mengancam kesehatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada akses terhadap air yang bersih dan layak konsumsi.

Belum lagi, emisi polutan hasil pembakaran juga dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Sayangnya, ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil masih tinggi. Untuk itu, diperlukan komitmen kuat, kebijakan progresif, serta investasi pada infrastruktur energi bersih dan berkelanjutan.

Baca Juga: Dekarbonisasi, Mengapa Dunia Harus Beralih ke Energi Bersih?

Apa Saja Sumber Energi yang Mampu Menggantikan Bahan Bakar Fosil?

Untuk terhindar dari kerusakan lingkungan yang makin parah dan juga gangguan kesehatan akibat pembakaran batu bara dan minyak bumi, sudah saatnya kita perlu beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Berikut alternatif sumber energi yang perlu kita pertimbangkan untuk masa depan yang lebih baik:

Liquified Natural Gas (LNG)

LNG berasal dari gas bumi yang telah didinginkan sampai suhu -162 derajat celcius dan mengubahnya menjadi bentuk cair agar lebih mudah disimpan dan didistribusikan, terutama ke wilayah yang tidak terjangkau jaringan pipa gas.

Meski tergolong sebagai bahan bakar fosil, LNG lebih ramah lingkungan dan efisien jika dibandingkan dengan batu bara dan minyak bumi.

Penggunaan LNG sebagai pengganti batu bara bisa membantu mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂) sekitar 25%, emisi nitrogen oksida (NOₓ) sekitar 90%, serta hampir tidak menghasilkan emisi sulfur dioksida (SO₂), debu, atau partikel berbahaya lainnya.

Baca Juga: Jangan Salah Lagi! Ini Perbedaan Utama LPG dan LNG

Energi Surya

Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang paling melimpah dan ramah lingkungan. Energi ini berasal dari radiasi sinar matahari yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkitan listrik.

Untuk menangkap dan mengubah energi matahari menjadi listrik diperlukan panel surya atau fotovoltaik. Potensi energi surya sangat besar mengingat letak Indonesia berada di garis khatulistiwa, sehingga menerima sinar matahari sepanjang tahun.

Energi Angin

Energi ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan turbin angin. Perangkat ini mampu mengubah energi kinetik dari angin menjadi energi listrik tanpa melalui proses pembakaran. Itu artinya proses ini tidak menghasilkan polusi udara atau emisi gas rumah kaca.

Ketersediaan energi angin cukup melimpah dan gratis, terutama di wilayah yang memiliki kecepatan angin tinggi dan stabil, seperti daerah pantai, dataran tinggi, atau padang rumput luas.

Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!

Energi Air

Energi ini diperoleh dari aliran air sungai atau air terjun yang digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik melalui pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Proses ini memanfaatkan energi kinetik dari air yang mengalir untuk menggerakkan generator, sehingga tidak menghasilkan emisi karbon. Selain itu, PLTA juga bisa berfungsi ganda sebagai pengendali banjir dan penyedia irigasi bagi pertanian.

Energi Biomassa

Energi biomassa adalah energi yang diperoleh dari bahan organik seperti limbah tanaman, sisa hasil pertanian, kayu, dan kotoran hewan yang diolah menjadi sumber energi alternatif.

Melalui proses pembakaran maupun fermentasi, biomassa dapat diubah menjadi biogas, sehingga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, industri, bahkan transportasi.

Selain menghasilkan energi, pemanfaatan biomassa juga membantu mengurangi tumpukan limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan.

Energi Panas Bumi

Energi panas bumi atau geotermal adalah energi yang berasal dari panas alami. Uap atau air panas yang keluar dari perut bumi dapat digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

Sebagai salah satu negara yang berada di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, bahkan termasuk salah satu yang terbesar di dunia.

Pemanfaatan energi panas bumi tidak hanya berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas pembangkit listrik nasional, tetapi juga mendukung transisi menuju energi bersih dan rendah karbon.

Baca Juga: Mengapa LNG Krusial dalam Transisi Energi Global? Ternyata ini Faktanya

Kenapa LNG Menjadi Solusi Terbaik Pengganti Batu Bara dan Minyak Bumi?

LNG dikenal sebagai bahan bakar yang lebih bersih dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya. Ini karena LNG menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah saat digunakan.

Sebagai gas alam cair yang ramah lingkungan, LNG memiliki karakteristik jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Saat dipindahkan pun, LNG tidak menimbulkan korosif dan tidak mudah terbakar.

Di Indonesia, LNG memainkan peran strategis sebagai energi transisi. Penggunaan LNG membantu mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca secara signifikan.

Tak hanya di sektor industri, LNG juga mulai dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Bahkan dalam bidang kelistrikan, pemerintah melalui BUMN bersinergi dengan Pertamina dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG), khususnya di wilayah Indonesia Timur yang saat ini masih dalam tahap uji coba.

Dengan berbagai potensi tersebut, LNG dinilai mampu menjadi jembatan menuju target transisi energi yang tengah diupayakan pemerintah. Terlebih lagi, menurut National Grid, LNG mampu menghasilkan emisi 40% lebih rendah dibanding batu bara dan 30% lebih rendah dari minyak bumi.

Saat emisi gas kaca bisa ditekan, tentu upaya pengurangan pemanasan global bisa tercapai, bukan?

5 Tanda Pemanasan Global yang Gejalanya Makin Parah

Peningkatan gas rumah kaca di atmosfer mendorong perubahan iklim pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dilansir dari laman Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan World Meteorological Organization (WMO) mencatat bahwa tahun 2023 menjadi tahun terpanas dengan anomali suhu rata-rata global mencapai 1,4°C di atas tingkat suhu pada era pra industri.

Pemanasan global kini menjadi ancaman utama pada krisis iklim yang dampaknya semakin mengkhawatirkan dan nyata. Dan inilah tanda-tanda perubahan yang efeknya sudah kita rasakan saat ini.

Apa Saja Tanda Pemanasan Global Makin Parah?

Dampak pemanasan global bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan. Jika tidak segera diatasi, pemanasan global bisa merusak kehidupan manusia, ekosistem hewan dan tumbuhan.

Berikut beberapa tanda pemanasan global yang dari tahun ke tahun gejalanya semakin parah:

1. Peningkatan Suhu Rata-Rata Bumi

Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) AR6 2023 menyebutkan bahwa suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat sekitar 1,09 °C (rentang 0,95–1,20 °C) dibandingkan periode pra-industri.

Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat berbagai aktivitas manusia, termasuk pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan kegiatan industri.

Baca Juga: Ini Pentingnya Mengurangi Emisi Karbon untuk Masa Depan Bumi

2. Cuaca Ekstrem

Peningkatan suhu akibat pemanasan global akan mempengaruhi parameter cuaca, sehingga bisa menyebabkan perubahan suhu permukaan laut, meluasnya wilayah kekeringan, dan pencairan salju sebelum waktunya.

Kondisi-kondisi ekstrem ini memperburuk kerentanan wilayah yang sudah rawan bencana. Perubahan cuaca yang drastis juga menciptakan lingkungan yang mendukung berkembangnya wabah penyakit, seperti malaria, dengue, dan penyakit pernapasan.

Cuaca ekstrem bukan sekadar gangguan sementara, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan lingkungan, kesehatan masyarakat, dan stabilitas sosial ekonomi.

3. Mencairnya Es di Kutub

Pemanasan global yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca di atmosfer telah mempercepat pencairan es di kawasan kutub, terutama di Kutub Utara (Arktik). Es laut dan gletser di wilayah kutub mencair dengan kecepatan yang jauh melebihi pola alami.

Ketika es daratan ini mencair, air tawar yang sebelumnya tersimpan dalam bentuk padat mengalir ke laut, menyebabkan kenaikan permukaan laut secara global.

Selain menyebabkan naiknya permukaan laut yang mengancam wilayah pesisir dan pulau-pulau rendah, pencairan es juga mengganggu sistem iklim global.

Baca Juga: Ini Penyebab Utama Perubahan Iklim yang Makin Merusak Bumi

4. Perubahan Pola Musim dan Iklim

Gas rumah kaca secara alami berperan penting dalam menjaga suhu bumi tetap stabil. Namun, pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca secara drastis, sehingga membuat iklim berubah terus menerus.

Selama 10.000 tahun terakhir, suhu global memang naik sekitar 3°C–8°C, tetapi proses tersebut terjadi secara bertahap.

Bandingkan dengan saat ini, di mana pemanasan sebesar hampir 1,2°C telah terjadi hanya dalam satu abad. Ini mengindikasikan terjadinya percepatan yang luar biasa.

Kenaikan suhu ini berdampak langsung pada pergeseran pola musim dan iklim, sehingga mengancam panen, sulitnya ketersediaan air bersih, hingga terjadinya banjir.

5. Gangguan Ekosistem dan Kepunahan Spesies

Suhu yang terus meningkat, perubahan pola curah hujan, dan pergeseran musim menyebabkan habitat alami banyak spesies menjadi terganggu atau bahkan hilang.

Kepunahan spesies tidak hanya berarti hilangnya satu bentuk kehidupan, tetapi juga melemahkan seluruh jaringan ekosistem.

Keanekaragaman hayati berperan penting dalam menjaga kestabilan fungsi ekosistem. Ketika satu spesies punah dampaknya bisa merambat ke banyak organisme lain dan mengganggu keseimbangan ekologis secara keseluruhan.

Baca Juga: Mengapa Harus Beralih ke Energi Hijau? Ini Dampaknya Bagi Masa Depan Bumi

Peran LNG dalam Menghadapi Pemanasan Global

Dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju pemanasan global, energi yang lebih bersih dan efisien menjadi kebutuhan mendesak. 

Itulah kenapa Liquefied Natural Gas (LNG) kini memainkan peran strategis sebagai bahan bakar transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan. Dibandingkan dengan batu bara, pembakaran LNG menghasilkan sekitar 50% lebih sedikit emisi karbon dioksida (CO₂).

Sebagai sumber energi fosil yang paling bersih, LNG menawarkan solusi praktis bagi berbagai sektor, seperti industri, transportasi dan pembangkit listrik, untuk menurunkan jejak karbon tanpa harus menunggu kesiapan penuh energi terbarukan.

Secara global, banyak negara telah mengadopsi LNG sebagai bagian dari kebijakan energi berkelanjutan. LNG dianggap sebagai “jembatan energi” karena sifatnya yang dapat segera diterapkan dengan teknologi yang sudah tersedia.

Mengapa Biogas Dapat Menghemat Energi? Ternyata ini Faktanya!

Sumber energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi masih menjadi andalan utama dalam memenuhi kebutuhan energi saat ini. Namun, ketergantungan pada energi ini memiliki dampak serius, seperti peningkatan emisi gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim.

Padahal, kita memiliki alternatif yang lebih ramah lingkungan, yaitu biogas. Energi yang dihasilkan dari limbah organik ini bukan hanya menghasilkan emisi yang lebih rendah, tapi juga dapat membantu menghemat energi dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Mau tahu kenapa biogas bisa menawarkan begitu banyak keunggulan? Yuk, simak penjelasan di artikel ini.

Apa Itu Biogas?

Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang berasal dari gas alami yang dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen).

Proses fermentasi bahan organik ini akan menghasilkan gas, seperti metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) dengan kandungan sedikit hydrogen sulfida, nitrogen, dan uap air.

Limbah organik di sekitar kita yang bisa digunakan sebagai bahan biogas ini bisa berupa:

  • Kotoran hewan
  • Limbah pertanian (jerami, dedaunan, sisa makanan)
  • Limbah rumah tangga organik
  • Lumpur dari instalasi pengolahan air limbah

Untuk mengolah bahan organik menjadi biogas dibutuhkan sebuah teknologi yang namanya digester. Teknologi digester bekerja dengan menciptakan wadah kedap udara yang memungkinkan mikroorganisme menguraikan bahan organik dan menghasilkan gas metana.

Dilansir dari data Kementrian ESDM tercatat pemanfaatan biogas di Indonesia dalam 3 tahun terakhir cukup signifikan. Pada 2022, realisasi pemanfaatan mencapai 155% dari target, sementara di tahun 2023 melonjak drastis hingga 473% dari target yang ditetapkan.

Data tersebut merepresentasikan keberhasilan optimalisasi sumber energi terbarukan, terutama di sektor bioenergi. Tak hanya itu saja, di tahun 2023, Kementrian ESDM juga mencatat realisasi penurunan emisi GRK sektor energi tercatat sebesar 127,67 Juta Ton CO2.

Baca Juga: Ini Pentingnya Mengurangi Emisi Karbon untuk Masa Depan Bumi

Mengapa Penggunaan Biogas dapat Menghemat Energi?

Penggunaan biogas memungkinkan kita untuk memanfaatkan limbah organik menjadi sumber energi lokal yang ramah lingkungan. Selain pasokannya mudah didapat, biogas juga menawarkan efisiensi biaya yang signifikan.

Berikut beberapa alasan mengapa biogas dapat menjadi solusi menekan konsumsi energi fosil di masa kini dan mendatang:

Mengurangi Ketergantungan pada Energi Fosil

Salah satu alasan utama mengapa biogas dapat menghemat energi adalah karena kemampuannya untuk menggantikan bahan bakar fosil seperti LPG, hingga batu bara.

Dengan menggunakan biogas untuk memasak, penerangan, atau bahkan pembangkit listrik, tentunya akan menekan kebutuhan bahan bakar fosil

Penggunaan biogas pada skala rumah tangga juga membantu mengurangi biaya pembelian bahan bakar komersial. Ini sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan yang memiliki keterbatasan akses terhadap energi fosil atau harga bahan bakar terlampau mahal.

Baca Juga: LNG dan Alternatif Energi Lain: Pengganti Ideal Batu Bara?

Efisiensi Energi dari Limbah

Biogas memungkinkan pemanfaatan energi dari limbah organik yang sebelumnya dibuang begitu saja. Dengan teknologi digester sederhana, limbah dapur, kotoran ternak, dan sisa panen bisa diubah menjadi energi yang bisa langsung digunakan.

Hal ini menciptakan siklus kemandirian energi lokal yang efisien. Limbah yang biasanya menimbulkan masalah lingkungan, justru menjadi sumber energi bersih dan murah.

Energi yang dihasilkan juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari skala rumah tangga hingga skala industri kecil.

Biaya Energi Lebih Rendah

Pada awalnya tentu diperlukan investasi untuk membangun instalasi biogas seperti digester dan sistem pipa distribusi gas. Namun, biaya tersebut dapat ditekan dengan menggunakan bahan lokal dan teknologi sederhana.

Setelah sistem berjalan, biaya operasionalnya relatif rendah karena hanya memerlukan suplai limbah organik. Dalam jangka panjang, kita akan merasakan penghematan biaya yang signifikan.

Baca Juga: Benarkah Sektor Paling Boros Energi adalah Transportasi? Ini Faktanya

Biogas Menjadi Solusi Energi yang Ramah Lingkungan

Dibandingkan dengan bahan bakar fosil, proses produksi dan pemanfaatan biogas jauh lebih bersih dan berkelanjutan.

Berikut adalah alasan mengapa biogas dianggap sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan:

  • Mengurangi emisi gas rumah kaca: Biogas membantu menurunkan jumlah gas metana yang lepas ke atmosfer. Gas metana memiliki dampak pada pemanasan global.
  • Pemanfaatan limbah organik secara produktif: Limbah seperti sisa makanan, kotoran ternak, dan limbah pertanian yang tadinya sebagai sumber pencemaran kini bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi.
  • Sesuai untuk daerah terpencil: Biogas memungkinkan diproduksi secara lokal dan bahkan dengan skala kecil. Cocok untuk masyarakat yang memiliki keterbatasan akses LPG.

Penanganan yang tepat atas limbah organik dapat menghasilkan biogas yang bisa menjadi sumber energi terbarukan.

Untuk mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan transisi energi, PGN LNG Indonesia mengembangkan teknologi pengolahan biogas menjadi bio-LNG.

Proses ini melibatkan peningkatan kadar metana (purifikasi biogas) dan penghilangan unsur pengotor lainnya, sehingga gas yang dihasilkan mencapai kualitas tinggi yang dapat dicairkan menjadi bio-LNG.

Karena berbentuk cair tentunya akan memudahkan dalam proses penyimpanan dan distribusi ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau jaringan gas pipa.