Kenalan Yuk dengan Energi Baru Terbarukan! Ini Jenis dan Manfaatnya

Web Editor
13/09/2025
energi-baru-terbarukan

Kebutuhan akan energi yang terus meningkat telah mendorong kita untuk mencari sumber energi alternatif yang berkelanjutan. Salah satu opsi terbaik untuk masa depan adalah beralih ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Energi ini punya potensi menggantikan energi fosil dan dinilai jauh lebih bersih emisi. Lantas, apakah saat ini siap menjadi sumber energi utama? Yuk, simak faktanya di artikel ini.

Apa Itu EBT (Energi Baru dan Terbarukan)?

EBT (Energi Baru dan Terbarukan) adalah sumber energi yang berasal dari alam maupun teknologi, di mana keduanya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Sumber energi ini punya keunggulan yang lebih ramah lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti energi fosil.

Singkatnya, EBT adalah dua kategori sumber energi alternatif yang meliputi:

  • Energi Baru mencakup sumber energi yang dihasilkan melalui teknologi baru, seperti energi nuklir dan hidrogen.
  • Energi Terbarukan berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbarui secara alami dan berkelanjutan.

Keunggulan energi terbarukan adalah ketersediaannya yang melimpah dan dampak lingkungannya yang relatif kecil, sehingga menjadi solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi krisis energi global.

Berikut beberapa contoh energi terbarukan:

  • Energi Surya: memanfaatkan sinar matahari untuk menghasilkan listrik atau panas.
  • Energi Angin: menggunakan kekuatan angin untuk menggerakkan turbin.
  • Energi Air: memanfaatkan aliran air dari sungai atau bendungan untuk menghasilkan listrik.
  • Energi Biomassa: berasal dari bahan organik, seperti limbah pertanian atau sampah organik.
  • Energi Panas Bumi (Geotermal): menggunakan panas dari dalam bumi untuk pembangkit listrik.
  • Energi Laut: memanfaatkan gelombang, pasang surut, atau arus laut untuk menghasilkan energi.

Dengan pemanfaatan yang tepat, EBT berpotensi besar mendukung transisi energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!

Apa Saja Manfaat Energi Baru dan Terbarukan?

Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) memberikan banyak keuntungan, baik bagi lingkungan, ekonomi, maupun kemandirian energi. Berikut beberapa manfaat utama: 

Ramah Lingkungan

Energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan hidro, memiliki emisi karbon jauh lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil.

Dengan mengurangi pembakaran batu bara dan minyak bumi, tentunya dapat menekan emisi gas rumah kaca yang selama ini menjadi penyebab utama perubahan iklim dan polusi udara. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan dapat menghadirkan kualitas udara, kesehatan, dan ekosistem yang lebik baik dan terjaga.

Baca Juga: Fakta Mengejutkan di Balik Biogas: Ramah Lingkungan atau Bumerang Baru?

Sumber Energi Tak Terbatas

Salah satu keunggulan utama energi terbarukan adalah sifatnya yang berkelanjutan dan tak terbatas. Sumber daya seperti matahari, angin, dan air akan selalu tersedia dan memungkinkan kita untuk memanfaatkannya secara terus-menerus tanpa khawatir kehabisan.

Ini sangat kontras dengan energi fosil, di mana sumber dayanya terbatas dan semakin menipis. Investasi pada energi terbarukan juga lebih aman untuk jangka panjang karena tidak bergantung pada harga minyak yang fluktuatif.

Meningkatkan Kemandirian Energi

Mengembangkan energi terbarukan di dalam negeri mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil. Hal ini tidak hanya mengurangi risiko akibat gejolak harga global, tetapi juga meningkatkan stabilitas ekonomi.

Selain itu, pengembangan EBT menciptakan lapangan kerja baru di sektor teknologi hijau, konstruksi, dan perawatan infrastruktur, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca Juga: Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kebutuhan Listrik di Era Modern

Tantangan Implementasi EBT

Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi baru dan terbarukan, tetapi pemanfaatannya masih menghadapi berbagai hambatan.

Berikut adalah tantangan utama yang menghambat peningkatan kontribusi EBT dalam bauran energi nasional: 

Keterbatasan Infrastruktur

Pengembangan EBT memerlukan infrastruktur yang memadai, seperti jaringan transmisi dan distribusi listrik yang andal.

Saat ini, banyak pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan tenaga bayu (PLTB) berlokasi di daerah terpencil yang jauh dari pusat beban listrik, contohnya:

  • PLTS di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
  • PLTB Sidrap yang terletak di Kabupaten Sidenreng Rappang , Sulawesi Selatan.
  • PLTB Jeneponto, Sulawesi Selatan yang berlokasi di daerah pesisir yang jauh dari pusat industri.

Akibatnya, energi yang dihasilkan sulit disalurkan secara efisien.

Tanpa peningkatan jaringan dan teknologi pendukung, pemanfaatan potensi EBT yang melimpah di Indonesia tidak dapat optimal. Kondisi ini tentunya dapat menghambat percepatan transisi energi dan ketahanan energi nasional.

Baca Juga: 5 Tanda Pemanasan Global yang Gejalanya Makin Parah

Investasi Awal yang Tinggi

Biaya pembangunan pembangkit EBT masih relatif mahal dibandingkan pembangkit berbahan bakar fosil.

Meskipun biaya operasionalnya lebih rendah dalam jangka panjang, kebutuhan modal besar di awal membuat investor enggan berpartisipasi.

Selain itu, masih ada isu penetapan tarif jual listrik yang belum kompetitif dan masalah perizinan yang makin menghambat pengembangan proyek EBT.

Intermitensi Pasokan

Setiap jenis energi terbarukan memiliki karakteristik pasokan yang dipengaruhi oleh kondisi alam, sehingga menimbulkan tantangan intermitensi atau ketidakstabilan pasokan listrik, misalnya:

  • Energi Surya hanya tersedia saat matahari bersinar, sehingga produksinya menurun saat malam hari atau cuaca mendung.
  • Energi Angin bergantung pada kecepatan dan konsistensi angin.
  • Energi Air tetap rentan terhadap fluktuasi debit air akibat musim kemarau, banjir, atau perubahan iklim.
  • Energi Biomassa sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku organik dan logistik pengumpulan yang efisien.
  • Energi Panas Bumi terbatas pada lokasi dengan potensi geotermal.
  • Energi Laut seperti gelombang dan pasang surut tergantu pada siklus bulan dan kondisi cuaca ekstrem.

Adanya ketergantungan ini menyebabkan pasokan listrik dari EBT bersifat fluktuatif dan belum sepenuhnya dapat diandalkan sebagai satu-satunya sumber energi.

Untuk mengatasi intermitensi, diperlukan teknologi pendukung seperti penyimpanan energi, smart grid, dan digitalisasi sistem kelistrikan.

Baca Juga: Catat! Ini Proses Terjadinya Pemanasan Global dari Awal hingga Dampaknya

LNG: Alternatif Energi Transisi yang Stabil dan Efisien

Liquefied Natural Gas (LNG) adalah gas alam yang didinginkan hingga mencapai suhu sekitar -162°C. Proses ini memudahkan penyimpanan dan transportasi LNG ke berbagai lokasi.

Salah satu keunggulan LNG adalah stabilitas pasokan. Berbeda dengan energi surya atau angin yang bergantung pada kondisi cuaca dan bersifat intermiten, LNG dapat disediakan secara konsisten selama 24 jam.

Hal ini menjadikannya sumber energi yang andal untuk memenuhi kebutuhan energi dasar, terutama di negara-negara yang masih dalam tahap transisi dari energi fosil ke energi terbarukan.

Dibandingkan batu bara, LNG menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah. Hal ini membuat LNG lebih bersih dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, sehingga sering disebut sebagai energi transisi menuju sistem energi yang lebih hijau.

Dengan keunggulan dalam stabilitas pasokan dan efisiensi transportasi, LNG menjadi salah satu pilihan terbaik untuk mendukung transisi energi saat ini.

Referensi: