Energi nuklir punya potensi besar sebagai sumber energi alternatif yang bersih dan berkelanjutan. Akan tetapi, masih banyak tantangan dan ketakutan yang menjadi penghalang pelaksanaan proyek ini.
Lantas, apa saja risiko dari pemanfaatan energi ini? Yuk, temukan jawabannya di artikel ini.
Apa Itu Energi Nuklir?
Energi nuklir adalah energi yang tersimpan di dalam inti atom. Inti atom (proton dan neutron) menyimpan energi dalam jumlah besar yang dapat dilepaskan melalui dua proses utama:
- Fisi: pemecahan inti atom berat
- Fusi: penggabungan inti atom ringan
Saat ini, semua pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di dunia menggunakan reaksi fisi, sedangkan teknologi fusi masih dalam tahap penelitian dan pengembangan.
Energi nuklir menyumbang sekitar 9–10% dari total listrik global. Beberapa negara mengandalkan nuklir sebagai salah satu sumber energi utama mereka.
Contoh paling menonjol adalah Prancis, di mana sekitar 62% listriknya bersumber dari energi nuklir. Negara lain seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan Korea Selatan juga memiliki program nuklir besar dengan ratusan reaktor aktif untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Baca Juga: Ini Faktanya! Kelebihan dari Energi Alternatif Dibanding Fosil
Bagaimana Energi Nuklir Menghasilkan Listrik?
Mengubah energi nuklir menjadi listrik melibatkan proses yang kompleks, tetapi prinsip dasarnya adalah reaksi berantai yang terkendali di dalam reaktor nuklir.
Prinsip Dasar Reaksi Fisi Nuklir
Fisi nuklir adalah pemecahan inti atom berat, seperti uranium-235, menjadi inti-inti lebih kecil setelah ditembak oleh neutron.
Proses ini melepaskan energi dalam bentuk panas dan radiasi, serta memancarkan 2–3 neutron tambahan. Neutron-neutron ini memicu reaksi berantai yang terjadi sangat cepat.
Panas dari reaksi fisi digunakan untuk memanaskan air atau media pendingin hingga menghasilkan uap bertekanan tinggi.
Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) memiliki tiga komponen utama:
- Reaktor nuklir: tempat terjadinya reaksi fisi berantai yang dikendalikan secara ketat.
- Turbin: digerakkan oleh uap bertekanan tinggi yang dihasilkan dari panas reaktor.
- Generator: mengubah energi kinetik turbin menjadi energi listrik.
Proses ini mirip dengan pembangkit berbahan bakar fosil, tetapi sumber panasnya berasal dari reaksi nuklir, bukan pembakaran batu bara atau gas.
Baca Juga: Alternatif Pengganti Minyak Bumi, Ini yang Paling Ramah Lingkungan!
Apa Kelebihan Energi Nuklir?
Energi nuklir memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya sumber energi strategis di era transisi energi.
PLTN hampir tidak menghasilkan emisi karbon selama beroperasi, sehingga menjadi salah satu teknologi listrik paling bersih.
Indonesia sendiri belum mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk menghasilkan listrik. Namun, pemerintah telah mengambil langkah-langkah persiapan yang signifikan, memasukkan PLTN secara resmi ke dalam rencana energi nasional hingga tahun 2060. Proyek PLTN pertama dengan kapasitas 500 MW sedang disiapkan, dengan fokus pada penyusunan regulasi, penentuan calon lokasi, dan penjajakan kerja sama dengan investor asing. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pemanfaatannya masih dalam tahap awal, nuklir kini menjadi bagian integral dari strategi energi Indonesia untuk mencapai target energi bersih di masa depan.
Selain itu, PLTN mampu menghasilkan listrik dalam jumlah besar dan beroperasi non-stop tanpa tergantung pada cuaca seperti tenaga surya atau angin. Itulah kenapa energi alternatif ini menjadi sumber daya yang andal untuk memenuhi kebutuhan energi.
Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!
Risiko dan Tantangan Energi Nuklir
Meskipun energi nuklir menawarkan keunggulan seperti efisiensi dan emisi karbon rendah, tetap memiliki risiko dan tantangan besar.
Salah satu isu utama adalah potensi kecelakaan reaktor yang dapat menyebabkan pelepasan radiasi ke lingkungan, sebagaimana terjadi pada insiden Chernobyl dan Fukushima.
Dampaknya mencakup ancaman terhadap kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan yang sulit diperbaiki.
Selain itu, pengelolaan limbah radioaktif menjadi tantangan besar. Limbah bahan bakar bekas tetap sangat berbahaya dan memerlukan penyimpanan di fasilitas khusus yang aman selama ribuan tahun.
Meskipun volumenya relatif kecil dibandingkan limbah industri fosil, pengelolaannya membutuhkan teknologi tinggi, regulasi ketat, dan pengawasan jangka panjang.
Kompleksitas ini menambah beban teknis dan finansial bagi negara yang ingin mengadopsi energi nuklir.
Tantangan lainnya adalah tingginya biaya pembangunan dan waktu konstruksi yang panjang. Proyek PLTN memerlukan investasi miliaran dolar dengan rata-rata waktu pembangunan 5–10 tahun.
Baca Juga: Energi Terbaik Pengganti Bahan Bakar Fosil, Apakah Itu LNG?
LNG: Solusi Energi yang Lebih Siap
Di tengah tantangan pengembangan energi rendah emisi, Liquefied Natural Gas (LNG) muncul sebagai solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dalam jangka menengah.
Di Indonesia, fasilitas LNG sudah beroperasi untuk mendukung pasokan energi ke berbagai wilayah, sehingga memungkinkan pemanfaatan gas alam secara cepat tanpa menunggu pembangunan teknologi baru.
Dibandingkan dengan energi nuklir, LNG memiliki beberapa keunggulan utama:
- Waktu pembangunan lebih singkat, kurang lebih selesai dalam 2–3 tahun.
- Investasi awal lebih rendah
- Fleksibilitas, dapat digunakan di pembangkit listrik, industri, dan transportasi.
Dengan keunggulan ini, LNG menjadi jembatan transisi energi yang realistis menuju masa depan energi bersih, sambil menunggu pengembangan energi terbarukan dan teknologi nuklir yang lebih luas.
Referensi:
- IAEA. Diakses Tahun 2025. What is Nuclear Energy? The Science of Nuclear Power
- NCBI. Diakses Tahun 2025. Is Nuclear Energy the Solution?
- ESDM. Diakses Tahun 2025. Nuklir Jadi Energi Alternatif Tekan Emisi Karbon
- CNBC Indonesia. Diaksses Tahun 2025. Aturan Pembangunan Pembangkit Nuklir RI Masuk Tahap Harmonisasi