Archives 2025

Potensi LNG Sebagai Bahan Bakar Kereta Api, Makin Efisien!

Energi fosil masih menjadi penopang penting kebutuhan bahan bakar di sektor transportasi, tak terkecuali kereta api. Meski saat ini kereta api juga sudah menggunakan energi listrik, pemanfaatannya masih terbatas di kota-kota tertentu saja.

Sebenarnya, di luar jenis bahan bakar tersebut, ada satu alternatif energi yang bisa menjadi opsi lebih baik, yaitu LNG (Liquified Natural Gas). Dibanding energi fosil, LNG dinilai mampu menjadi solusi efisiensi biaya bahan bakar dan menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah.

Mau tahu seperti apa potensi nyata LNG dalam mendorong sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di artikel ini.

Apa Saja Jenis Bahan Bakar Kereta Api?

Ada banyak jenis bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan kereta api. Di antaranya ada batu bara, minyak bumi, listrik, gas alam, dan sumber energi terbarukan. 

1. Batu Bara

Kereta api jenis lokomotif masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar penghasil uap  untuk menggerakkan kereta api. Saat ini, tidak banyak kereta api yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utamanya.

Teknologi ini kini lebih banyak digunakan untuk kepentingan khusus, seperti kereta wisata dan kereta pengangkut hasil tambang di wilayah tertentu.

Baca Juga: Alternatif Ideal Pengganti Batu Bara

2. Minyak Bumi

Tahun 1900-an awal, minyak bumi digunakan sebagai pengganti bahan bakar kayu untuk kereta api uap. Setelah era kereta uap berakhir, minyak bumi mulai digunakan untuk kereta api diesel yang lebih efisien dan bisa digunakan untuk menempuh jarak lebih jauh.

Di Indonesia, PT Kereta Api Indonesia (KAI) masih menggunakan Biosolar B35 untuk lokomotif diesel. Namun, seiring berkembangnya teknologi transportasi, penggunaan bahan bakar ini mulai berkurang secara perlahan.

3. Listrik

Untuk sistem kereta dalam kota seperti KRL dan MRT yang mengandalkan transit cepat, listrik digunakan sebagai sumber tenaga utama. Namun, penggunaan listrik juga memiliki tantangan tersendiri, misalnya memerlukan infrastruktur khusus seperti jalur rel elektrifikasi.

Tentunya, jangkauan kereta listrik terbatas pada wilayah dengan jaringan elektrifikasi, sehingga membuatnya kurang fleksibel untuk operasional di jalur-jalur yang lebih luas.

Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!

4. Energi Terbarukan

Di beberapa negara maju, penggerak kereta api sudah menggunakan energi terbarukan, seperti tenaga angin dan tenaga matahari. Meskipun pemanfaatan perkembangan teknologi ini masih terbatas, setidaknya mampu menunjukkan bahwa sektor transportasi bisa berkontribusi pada transisi energi bersih.

Energi matahari dan angin memiliki kelebihan yang sulit tertandingi, yakni sumbernya melimpah, ramah lingkungan, dan tidak menghasilkan emisi saat digunakan.

5. Gas Alam

Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar transportasi masih terbatas dan umumnya baru pada tahap uji coba. Meski begitu, energi ini dinilai menjanjikan karena lebih ramah lingkungan dan menghasilkan emisi yang lebih rendah dibanding bahan bakar batu bara dan minyak bumi.

Gas alam yang potensial sebagai alternatif bahan bakar untuk kereta api adalah LNG. Penggunaan LNG menawarkan efisiensi biaya bahan bakar dan mampu menempuh perjalanan lebih jauh dalam satu kali pengisian.

Baca Juga: Tak Hanya Minim Polusi, Ini Deretan Keunggulan Gas Alam

Keunggulan LNG Sebagai Bahan Bakar Kereta Api

Tidak bisa dipungkiri bahwa bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak bumi yang digunakan pada kereta api berdampak negatif terhadap lingkungan, yakni menghasilkan emisi gas rumah kaca yang membahayakan bumi.

Untuk menjawab tantangan tersebut, LNG hadir sebagai alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan sekaligus mendukung transisi menuju transportasi berkelanjutan

Dilansir dari laman BPH Migas menyebutkan bahwa sejumlah negara, seperti USA, Kanada, Rusia dan juga India telah menerapkan penggunaan LNG sebagai bahan bakar kereta api.

BPH Migas juga menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi negara kelima di dunia yang mengadopsi LNG dalam sistem perkeretaapian nasional.

LNG tidak hanya menghasilkan emisi karbon dan partikulat yang lebih rendah, tetapi juga menawarkan efisiensi biaya operasional serta kinerja mesin yang lebih optimal dibandingkan bahan bakar solar.

Baca Juga: Benarkah Sektor Paling Boros Energi adalah Transportasi?

Uji Coba Kereta Api Berbahan Bakar LNG

PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun telah menunjukkan ketertarikan untuk mengembangkan LNG sebagai bahan bakar utama. Inisiatif ini sejalan dengan target efisiensi energi dan dukungan terhadap program energi hijau di sektor transportasi.

Dilansir dari CNBC Indonesia, konversi bahan bakar minyak ke Liquefied Natural Gas (LNG) sudah diujicobakan oleh pemerintah melalui proyek PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada rute Jakarta–Surabaya.

Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membuktikan bahwa LNG merupakan alternatif energi yang lebih bersih dan berkelanjutan untuk sektor transportasi.

Jika konversi ini berhasil diterapkan secara luas, maka penggunaan LNG pada kereta api berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Hal ini sejalan dengan upaya pengendalian perubahan iklim dan target penurunan emisi karbon di Indonesia.

Referensi:

  • BPH Migas. Diakses pada tahun 2025. Percepat Implementasi Penggunaan LNG untuk Bahan Bakar Kereta Api
  • Atonergi. Diakses pada tahun 2025. Kendaraan Listrik vs Kendaraan Subsidi BBM
  • CNBC Indonesia. Diakses tahun 2025. Wiih! Kereta Api Mulai Diuji Coba Pakai LNG
  • Dunia Energi. Diakses tahun 2025. Ini Potensi Efisiensi Penggunaan LNG pada Kereta Pembangkit KAI

Energi Terbaik Pengganti Bahan Bakar Fosil, Apakah Itu LNG?

Saat ini, kita sangat bergantung pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama. Meski sumber energi ini punya peran penting dalam menggerakkan ekonomi dan industri, nyatanya potensi dampaknya sangat merugikan kesehatan manusia dan merusak lingkungan.

Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, sudah saatnya kita perlu mempercepat transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Karena faktanya, kita sudah memiliki alternatif yang siap menggantikan batu bara dan minyak bumi.

Yuk, cari tahu apa saja pilihan energi terbaiknya yang kita miliki saat ini.

Mengapa Kita Harus Beralih dari Bahan Bakar Fosil?

Pemanasan global dipicu oleh pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Proses pembakaran ini membawa dampak buruk bagi lingkungan dan juga kehidupan manusia. 

Ekstraksi dan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan deforestasi, penggusuran lahan, kerusakan ekosistem, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Limbah beracun dari proses pengolahan bahan bakar fosil sering mencemari sumber air bersih, sungai, dan lautan. Konsekuensinya tentu akan mengancam kesehatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada akses terhadap air yang bersih dan layak konsumsi.

Belum lagi, emisi polutan hasil pembakaran juga dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Sayangnya, ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil masih tinggi. Untuk itu, diperlukan komitmen kuat, kebijakan progresif, serta investasi pada infrastruktur energi bersih dan berkelanjutan.

Baca Juga: Dekarbonisasi, Mengapa Dunia Harus Beralih ke Energi Bersih?

Apa Saja Sumber Energi yang Mampu Menggantikan Bahan Bakar Fosil?

Untuk terhindar dari kerusakan lingkungan yang makin parah dan juga gangguan kesehatan akibat pembakaran batu bara dan minyak bumi, sudah saatnya kita perlu beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Berikut alternatif sumber energi yang perlu kita pertimbangkan untuk masa depan yang lebih baik:

Liquified Natural Gas (LNG)

LNG berasal dari gas bumi yang telah didinginkan sampai suhu -162 derajat celcius dan mengubahnya menjadi bentuk cair agar lebih mudah disimpan dan didistribusikan, terutama ke wilayah yang tidak terjangkau jaringan pipa gas.

Meski tergolong sebagai bahan bakar fosil, LNG lebih ramah lingkungan dan efisien jika dibandingkan dengan batu bara dan minyak bumi.

Penggunaan LNG sebagai pengganti batu bara bisa membantu mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂) sekitar 25%, emisi nitrogen oksida (NOₓ) sekitar 90%, serta hampir tidak menghasilkan emisi sulfur dioksida (SO₂), debu, atau partikel berbahaya lainnya.

Baca Juga: Jangan Salah Lagi! Ini Perbedaan Utama LPG dan LNG

Energi Surya

Energi surya merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang paling melimpah dan ramah lingkungan. Energi ini berasal dari radiasi sinar matahari yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkitan listrik.

Untuk menangkap dan mengubah energi matahari menjadi listrik diperlukan panel surya atau fotovoltaik. Potensi energi surya sangat besar mengingat letak Indonesia berada di garis khatulistiwa, sehingga menerima sinar matahari sepanjang tahun.

Energi Angin

Energi ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan turbin angin. Perangkat ini mampu mengubah energi kinetik dari angin menjadi energi listrik tanpa melalui proses pembakaran. Itu artinya proses ini tidak menghasilkan polusi udara atau emisi gas rumah kaca.

Ketersediaan energi angin cukup melimpah dan gratis, terutama di wilayah yang memiliki kecepatan angin tinggi dan stabil, seperti daerah pantai, dataran tinggi, atau padang rumput luas.

Baca Juga: Ini Pentingnya Sumber Energi Listrik Alternatif untuk Masa Depan Kita!

Energi Air

Energi ini diperoleh dari aliran air sungai atau air terjun yang digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik melalui pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Proses ini memanfaatkan energi kinetik dari air yang mengalir untuk menggerakkan generator, sehingga tidak menghasilkan emisi karbon. Selain itu, PLTA juga bisa berfungsi ganda sebagai pengendali banjir dan penyedia irigasi bagi pertanian.

Energi Biomassa

Energi biomassa adalah energi yang diperoleh dari bahan organik seperti limbah tanaman, sisa hasil pertanian, kayu, dan kotoran hewan yang diolah menjadi sumber energi alternatif.

Melalui proses pembakaran maupun fermentasi, biomassa dapat diubah menjadi biogas, sehingga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, industri, bahkan transportasi.

Selain menghasilkan energi, pemanfaatan biomassa juga membantu mengurangi tumpukan limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan.

Energi Panas Bumi

Energi panas bumi atau geotermal adalah energi yang berasal dari panas alami. Uap atau air panas yang keluar dari perut bumi dapat digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

Sebagai salah satu negara yang berada di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, bahkan termasuk salah satu yang terbesar di dunia.

Pemanfaatan energi panas bumi tidak hanya berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas pembangkit listrik nasional, tetapi juga mendukung transisi menuju energi bersih dan rendah karbon.

Baca Juga: Mengapa LNG Krusial dalam Transisi Energi Global? Ternyata ini Faktanya

Kenapa LNG Menjadi Solusi Terbaik Pengganti Batu Bara dan Minyak Bumi?

LNG dikenal sebagai bahan bakar yang lebih bersih dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya. Ini karena LNG menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah saat digunakan.

Sebagai gas alam cair yang ramah lingkungan, LNG memiliki karakteristik jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Saat dipindahkan pun, LNG tidak menimbulkan korosif dan tidak mudah terbakar.

Di Indonesia, LNG memainkan peran strategis sebagai energi transisi. Penggunaan LNG membantu mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca secara signifikan.

Tak hanya di sektor industri, LNG juga mulai dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Bahkan dalam bidang kelistrikan, pemerintah melalui BUMN bersinergi dengan Pertamina dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG), khususnya di wilayah Indonesia Timur yang saat ini masih dalam tahap uji coba.

Dengan berbagai potensi tersebut, LNG dinilai mampu menjadi jembatan menuju target transisi energi yang tengah diupayakan pemerintah. Terlebih lagi, menurut National Grid, LNG mampu menghasilkan emisi 40% lebih rendah dibanding batu bara dan 30% lebih rendah dari minyak bumi.

Saat emisi gas kaca bisa ditekan, tentu upaya pengurangan pemanasan global bisa tercapai, bukan?

5 Tanda Pemanasan Global yang Gejalanya Makin Parah

Peningkatan gas rumah kaca di atmosfer mendorong perubahan iklim pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dilansir dari laman Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan World Meteorological Organization (WMO) mencatat bahwa tahun 2023 menjadi tahun terpanas dengan anomali suhu rata-rata global mencapai 1,4°C di atas tingkat suhu pada era pra industri.

Pemanasan global kini menjadi ancaman utama pada krisis iklim yang dampaknya semakin mengkhawatirkan dan nyata. Dan inilah tanda-tanda perubahan yang efeknya sudah kita rasakan saat ini.

Apa Saja Tanda Pemanasan Global Makin Parah?

Dampak pemanasan global bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan. Jika tidak segera diatasi, pemanasan global bisa merusak kehidupan manusia, ekosistem hewan dan tumbuhan.

Berikut beberapa tanda pemanasan global yang dari tahun ke tahun gejalanya semakin parah:

1. Peningkatan Suhu Rata-Rata Bumi

Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) AR6 2023 menyebutkan bahwa suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat sekitar 1,09 °C (rentang 0,95–1,20 °C) dibandingkan periode pra-industri.

Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat berbagai aktivitas manusia, termasuk pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan kegiatan industri.

Baca Juga: Ini Pentingnya Mengurangi Emisi Karbon untuk Masa Depan Bumi

2. Cuaca Ekstrem

Peningkatan suhu akibat pemanasan global akan mempengaruhi parameter cuaca, sehingga bisa menyebabkan perubahan suhu permukaan laut, meluasnya wilayah kekeringan, dan pencairan salju sebelum waktunya.

Kondisi-kondisi ekstrem ini memperburuk kerentanan wilayah yang sudah rawan bencana. Perubahan cuaca yang drastis juga menciptakan lingkungan yang mendukung berkembangnya wabah penyakit, seperti malaria, dengue, dan penyakit pernapasan.

Cuaca ekstrem bukan sekadar gangguan sementara, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan lingkungan, kesehatan masyarakat, dan stabilitas sosial ekonomi.

3. Mencairnya Es di Kutub

Pemanasan global yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca di atmosfer telah mempercepat pencairan es di kawasan kutub, terutama di Kutub Utara (Arktik). Es laut dan gletser di wilayah kutub mencair dengan kecepatan yang jauh melebihi pola alami.

Ketika es daratan ini mencair, air tawar yang sebelumnya tersimpan dalam bentuk padat mengalir ke laut, menyebabkan kenaikan permukaan laut secara global.

Selain menyebabkan naiknya permukaan laut yang mengancam wilayah pesisir dan pulau-pulau rendah, pencairan es juga mengganggu sistem iklim global.

Baca Juga: Ini Penyebab Utama Perubahan Iklim yang Makin Merusak Bumi

4. Perubahan Pola Musim dan Iklim

Gas rumah kaca secara alami berperan penting dalam menjaga suhu bumi tetap stabil. Namun, pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca secara drastis, sehingga membuat iklim berubah terus menerus.

Selama 10.000 tahun terakhir, suhu global memang naik sekitar 3°C–8°C, tetapi proses tersebut terjadi secara bertahap.

Bandingkan dengan saat ini, di mana pemanasan sebesar hampir 1,2°C telah terjadi hanya dalam satu abad. Ini mengindikasikan terjadinya percepatan yang luar biasa.

Kenaikan suhu ini berdampak langsung pada pergeseran pola musim dan iklim, sehingga mengancam panen, sulitnya ketersediaan air bersih, hingga terjadinya banjir.

5. Gangguan Ekosistem dan Kepunahan Spesies

Suhu yang terus meningkat, perubahan pola curah hujan, dan pergeseran musim menyebabkan habitat alami banyak spesies menjadi terganggu atau bahkan hilang.

Kepunahan spesies tidak hanya berarti hilangnya satu bentuk kehidupan, tetapi juga melemahkan seluruh jaringan ekosistem.

Keanekaragaman hayati berperan penting dalam menjaga kestabilan fungsi ekosistem. Ketika satu spesies punah dampaknya bisa merambat ke banyak organisme lain dan mengganggu keseimbangan ekologis secara keseluruhan.

Baca Juga: Mengapa Harus Beralih ke Energi Hijau? Ini Dampaknya Bagi Masa Depan Bumi

Peran LNG dalam Menghadapi Pemanasan Global

Dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju pemanasan global, energi yang lebih bersih dan efisien menjadi kebutuhan mendesak. 

Itulah kenapa Liquefied Natural Gas (LNG) kini memainkan peran strategis sebagai bahan bakar transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan. Dibandingkan dengan batu bara, pembakaran LNG menghasilkan sekitar 50% lebih sedikit emisi karbon dioksida (CO₂).

Sebagai sumber energi fosil yang paling bersih, LNG menawarkan solusi praktis bagi berbagai sektor, seperti industri, transportasi dan pembangkit listrik, untuk menurunkan jejak karbon tanpa harus menunggu kesiapan penuh energi terbarukan.

Secara global, banyak negara telah mengadopsi LNG sebagai bagian dari kebijakan energi berkelanjutan. LNG dianggap sebagai “jembatan energi” karena sifatnya yang dapat segera diterapkan dengan teknologi yang sudah tersedia.